HARIAN DISWAY - Tinggal di salah satu negara dengan sistem pendidikan usia dini terbaik di dunia membuat kami tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memasukkan anak kami ke daycare.
Banyak pertimbangan mengapa daycare kami andalkan untuk membantu parenting kami buat Nasywa Nafisah yang kini belum genap tiga tahun. Dari aspek pedagogiknya, kami banyak belajar tentang nilai kemandirian. Termasuk makan bergizi gratisnya yang benar-benar tertakar.
Di daycare Violanpuisto yang menerima penitipan anak sejak usia 10 bulan ini, aspek kemandirian benar-benar dilatih sejak hari pertama. Misalnya tentang menaiki anak tangga. Pengasuh di sana tak akan menggendong anak ketika naik tangga. Sengaja diiarkan dia berjalan sendiri.
Saat berangkat ke daycare dengan naik sepeda, Nasywa Nafisah sudah belajar menyeberang sendiri, dan mengenal traffic light. --Mushonnifun Faiz S
BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (12): Hidup dengan Kartu Sakti Kela
Saya menyaksikan sendiri bagaimana ketika pengasuh menunggu anak mungkin masih usia 1 tahunan yang sedang belajar berjalan. Anak tersebut benar-benar merangkak naik tangga. Bahkan seandainya memakan waktu 1 jam pasti akan ditunggu. Ketika anak menangis, mereka tidak memarahi tentunya, tapi terus meng-encourage anak supaya mandiri.
Demikian pula saat makan. Anak-anak dengan usia kurang dari dua tahun sudah bisa naik kursi sendiri ke meja makan (menggunakan high chair). Mereka makan sendiri sampai habis dalam durasi sekitar 30an menit.
Seusai makan sudah bisa membuang sampah sisa makanan bahkan memisahkan antara sampah organik dan non-organik. Lantas menaruh piring kotor ke tempatnya, lantas mencuci tangan sendiri. Sebuah habit yang wow.
Kami sebagai orang tua rasanya saat itu benar-benar “tertampar” melihat kami sepertinya ketinggalan banget ya menanamkan ini ke anak. Mungkin juga terbawa pola parenting di Indonesia; anak harus diladeni, seperti disuapi makan misalnya.
BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (13): Dimanjakan 77 Perpustakaan
Yang membuat kami takjub adalah aktivitas outdoor di daycare setiap hari. Prinsip orang Finlandia yang mengatakan ”there is no bad weather, only bad clothes - tidak ada cuaca buruk, yang ada pakaian yang buruk,” yang berarti mereka tidak peduli dengan cuaca sedingin dan seangin apa pun, ya tetap harus beraktivitas keluar rumah.
Orang Finlandia suka dengan konsep back to nature yang sudah ditanamkan sejak dini. Ketika musim dingin, yang saya sendiri pun merasa benar-benar kedinginan, beberapa kali saat berangkat ke kampus saya melewati daycare. Anak-anak yang memakai jaket dan pakaian hangat yang proper itu tetap bermain di luar seperti biasa.
Demikian pula saat hujan. Nasywa berkali-kali pulang dengan baju kotor dan berlepotan lumpur karena hujan-hujanan dan lompat-lompat di genangan air yang becek.
Seminggu sekali minimal ada trip. Bisa ke museum -yang jaringan museum sekota Helsinki sekitar 43an-, taman outdoor lain terdekat, atau perpustakaan. Semuanya bisa diakses dengan gratis, beberapa walkable.
Selama trip, banyak nilai yang diajarkan. Misalnya cara menyeberang jalan sendiri dengan mengenal traffic light, berjalan di area pejalan kaki, bergandengan tangan satu sama lain, serta berjalan kaki sendiri karena anak-anak tak akan digendong.