Soekarno berdiskusi dengan Raden Mas Pandji dan Raden Mas Sajid Soemodihardjo, pamannya. "Keduanya memberi nasihat. Bahwa jika memang sudah saling mencintai, maka, sudah selayaknya menikah. Karena ayahnya menolak, keluarga Ndalem Pojok yang menikahkan Soekarno dan Inggit," ujarnya.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (12): Ploso, Jejak Masa Kecil Soekarno
"Jadi keluarga Ndalem Pojok yang waktu itu datang beramai-ramai ke Bandung. Pesta pun digelar. Setelah sah menjadi suami-istri, Soekarno dan Inggit hendak pulang ke Blitar. Tapi masih takut," tambah pria 50 tahun itu.
Ia menceritakan bahwa saat itu Soekarno dan Inggit sudah dalam perjalanan ke Blitar. Namun, saat hampir dekat kediaman orang tuanya, mereka memutuskan berbalik. Lalu, menuju ke Ndalem Pojok di Kediri.
"Masih takut sama ayahnya," ujarnya, kemudian tertawa. Cerita itu diturunkan dari kakek hingga ayah Kusuma.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (11): Merantau dan Berhemat demi Pendidikan
Akhirnya, keluarga Ndalem Pojok yang mengantar Soekarno ke Blitar. Mereka semacam pasang badan. Supaya Soekarno tidak dimarahi oleh ayahnya.
Karena keluarga Soekeni sangat menghormati keluarga besar Ndalem Pojok, kedatangan mereka malah disambut.
Soekeni menyediakan banyak makanan. Semua orang pun makan bersama. Masalah Soekarno dan Inggit pun terlupakan.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (10): Jembatan Peneleh, Jembatan Dua Hati
Hingga Raden Pandji menasihati Soekeni, keponakannya. Bahwa cinta Soekarno dan Inggit sudah bersemi dan tak terpisahkan. Kedua orang tua Bung Karno pun akhirnya memaklumi hubungan mereka.
Di Bawah Bendera Revolusi. Buku itu salah satunya mengisahkan pengasingan Bung Karno ke Ende. Selama diasingkan, Inggit Garnasih, istrinya, menetap di Ndalem Pojok.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Namun seiring waktu, Soekarno dan Inggit lebih sering berkunjung ke Ndalem Pojok ketimbang ke Blitar. Di sana, Sang Proklamator melakukan kegiatan-kegiatan terkait pergerakan.
Ada satu foto yang menunjukkan kunjungan Inggit ke Ndalem Pojok. Dalam foto itu, dia terlihat berada di dalam mobil.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (9): Nostalgia Presiden di Pertjetakan Peneleh
Foto-foto Soekarno saat berkunjung ke Ndalem Pojok malah tak ada. Sebab, semuanya disembunyikan oleh pihak keluarga saat terjadi tragedi 1965. Saat itu, semua hal berbau Soekarno disingkirkan. Takut dituduh subversif.