Pembunuhan Jamur Beracun yang Menghebohkan Australia (1): Berdalih Kanker, Undang Makan Siang

Selasa 08-07-2025,14:40 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

Erin Patterson adalah ibu dua anak. Dia dikenal aktif dalam komunitas lokal. Erin mengelola buletin desa, merekam kebaktian gereja, dan gemar membaca buku serta memasak. Dia juga dikenal sebagai penggemar kisah kriminal sejati. Seorang temannya, Christine Hunt, menyebut Erin memiliki reputasi sebagai “semacam penyelidik amatir.”

Hubungannya dengan suami, Simon, memang memburuk. Meski secara hukum masih menikah, mereka telah lama berpisah. Menurut keterangan pengadilan, keduanya berselisih soal dukungan keuangan bagi anak-anak mereka.

BACA JUGA:Antisipasi Tarif Trump, Indonesia Alihkan Ekspor ke Eropa dan Australia

BACA JUGA:Timnas Indonesia U-17 Lolos Piala Dunia, Belanda dan Australia Ngomel, Korea dan Thailand Deg-Degan

Di tengah konflik itu, Erin mengaku kecewa karena keluarga Simon memihak sang suami. Dalam sebuah pesan kepada temannya, Erin menulis: "Aku muak dengan semua ini. Aku tidak mau berurusan lagi dengan mereka."

Maka ketika Erin mengundang keluarga sang suami untuk makan siang, mereka menganggap itu sebagai isyarat perdamaian. Tetapi, makanan yang disajikan hari itu justru menjadi mesin pembunuh.

Death cap, jamur beracun yang secara alami tumbuh di bawah pohon ek, dikenal sebagai penyebab 90 persen kematian akibat keracunan jamur di seluruh dunia. Jamur itu memiliki penampakan serupa dengan varietas yang bisa dimakan. Bahkan—kabarnya—rasanya sangat enak.

Tapi kandungan amatoksin di dalamnya sangat mematikan. Gejala awalnya mirip keracunan makanan biasa. Mual, muntah, dan diare. Namun dalam waktu singkat, gejala itu bisa berkembang menjadi kegagalan organ dan kematian.


RUMAH TENANG yang menjadi tempat tinggal Erin Patterson di Leongatha, Victoria, Australia. Di sinilah Erin secara keji membunuh para tamu dengan jamur beracun.-WILLIAM WEST-AFP-

Dalam persidangan yang berlangsung selama lebih dari dua bulan, para ahli forensik, dokter, dan pakar jamur memberikan kesaksian terperinci. Salah satunya adalah spesialis perawatan intensif Stephen Warrillow. Ia mengatakan: "Sangat jelas bahwa korban tidak dapat diselamatkan."

Jaksa penuntut mendalilkan bahwa Erin tidak hanya tahu soal sifat jamur tersebut. Tetapi, Erin justru dengan sengaja memasukkannya ke dalam hidangan yang disiapkan.

Terbukti pula bahwa komputer milik Erin pernah digunakan untuk menelusuri lokasi jamur death cap di sekitar tempat tinggalnya. Jaksa juga mengungkap bahwa Erin pernah memiliki alat pengering makanan (food dehydrator). Peranti itu kemudian ditemukan di tempat pembuangan sampah. Dan di situ ada jejak jamur beracun.

"Saya akui saya berbohong. Sebab, saya takut harus bertanggung jawab," kata Erin dalam kesaksiannya di pengadilan.

Ia juga menyatakan bahwa insiden tersebut adalah kecelakaan tragis. Pengacaranya, Colin Mandy, menyatakan itu kepada pengadilan. ’’Klien saya tidak sengaja. Dia tidak pernah sengaja mencari jamur death cap," kata Colin.

BACA JUGA:Kronologi Eks Finalis Masterchef Malaysia Etiqah yang Bunuh ART Keturunan Indonesia dengan Sadis

BACA JUGA:Cemburu Asmara, Bunuh dengan Sadis: Jujur Kacang Ijo

Kategori :