Mendaki Bukit Perahu di Gunung Bromo, Berburu Sunrise

Kamis 10-07-2025,06:00 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Kami memesan makanan dan minuman hangat. Warga asli Tengger, penghuni lereng Bromo, pasti memiliki tungku kecil berisi arang yang menyala.

Itu selalu ada di rumah-rumah mereka. Begitu pula di kedai tersebut. Saya pun ikut menghangatkan diri dengan berada di dekat tungku.

BACA JUGA:Bulan Maria di Gua Maria Puhsarang, Kediri, Ada Luce, Maskot Kartun Pertama Vatikan

Setelah cukup hangat, kami bersiap mendaki Bukit Perahu. Rutenya cukup menanjak. Tapi tak terlalu ekstrem.

Rombongan kami berjalan bersama. Bila ada yang kelelahan dan berhenti, semua ikut berhenti. Meski sinyal tipis, meski tak ada Wifi, tapi perjalanan ini menjanjikan kami koneksi yang lebih baik. Sudah mirip jargon layanan seluler, bukan?

Sebelum mencapai puncak, sekitar pukul 2.30 WIB, kabut tebal datang. Menutupi pepohonan dan semak-semak yang tadinya disinari purnama.

BACA JUGA:Pink Beach di Nusa Tenggara Timur, Kemilau Laut Jernih dan Pasir Putih


Melina Puspasari (kiri) dan Ajeng Pamungkas, dua Humas PCU yang menemani perjalanan ke Bukit Perahu dan Bukit Widodaren.-PCU-

Tapi cukup aman. Tak perlu menyalakan senter. Karena wisatawan lain sudah membawa penerangan masing-masing. Jalan kami lancar hingga menuju puncak.

Namun, sunrise atau matahari terbit yang ditunggu-tunggu terhalang kabut. Cukup pekat. Cuaca pun semakin dingin.

Para wisatawan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Begitu pun kami. Tak mengapa tak lihat sunrise. Sampai puncak saja sudah sangat lega rasanya.

BACA JUGA:Jelajah Pulau Komodo di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur

Tiba-tiba suasana mendadak riuh. Salah seorang wisatawan perempuan asal Tiongkok naik ke dahan pohon paling besar. 

Lalu dia membuka jaketnya. Berpose rebahan dengan hanya mengenakan tank top. Di negaranya, dia pasti telah terbiasa dengan hawa dingin seperti itu. Sama sekali tak menggigil. Malah mengambil kacamata hitam lalu mengenakannya. Kemudian tersenyum.

Puluhan kamera membidiknya. Tak terkecuali kawan-kawan dari kelompok kami. Seperti fotografer Habibur dan Bahana Patria. Lumayan, dapat model cuma-cuma dengan suasana kabut dan bayang pepohonan. Sangat menarik. 


Berpose bersama dengan latar Bukit Widodaren usai mendaki Bukit Perahu.-PCU-

Kategori :