Sambut Ulang Tahun Gombloh, Museum Surabaya Gelar Talkshow Mengenang Gombloh

Sabtu 12-07-2025,14:09 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Guruh Dimas Nugraha

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Memperingati hari ulang tahun Gombloh, UPTD Museum Surabaya menggelar talkshow bertajuk Untukmu Sang Maestro: Mengenang Seniman Gombloh. Berlokasi di Museum Surabaya, 12 Juli 2025.

Talkshow itu menghadirkan dua narasumber. Pardi Artin sebagai gitaris Gombloh dan Guruh Dimas Nugraha, penulis buku biografi Gombloh berjudul Revolusi Cinta dari Surabaya

MT Agus, kurator Museum 10 November Surabaya menjadi moderator dalam talkshow itu. Seperti tajuknya, pembahasan di dalamnya seputar Gombloh. "Apalagi hari ini bertepatan dengan hari ulang tahun Soedjarwoto Soemarsono," ujar Agus.

BACA JUGA:Pardi Artin, Sosok Gitaris Gombloh yang Pernah Eksis di Srimulat dan The Gembells

Anda sudah tahu, Soedjarwoto merupakan nama asli Gombloh. Ia lahir di Jombang pada 12 Juli 1948. Saat itu, terjadi Agresi Militer Belanda II.

Sehingga memaksa Slamet dan Patukah, kedua orang tuanya, berpindah dari Surabaya untuk mengungsi ke rumah kerabat di Jombang.


Talkshow mengenang seniman Gombloh yang digelar Museum Surabaya, 12 Juli 2025. Tampak Pardi Artin berbagi kisah tentang kenangan bersama Gombloh.-Christian Mazmur-HARIAN DISWAY

Gombloh lahir di Desa Tawangsari. Usai suasana mereda, orang tuanya kembali pulang ke Surabaya. Di Kota Pahlawan, Gombloh menempa diri dan kemampuan bermusiknya.

BACA JUGA:Revitalisasi Museum Surabaya, Ada Patung Gombloh!

Pada 1969, ia bersama Leo Kristi dan beberapa teman lain membentuk Lemon Tree's anno '69. Band itu kemudian terpecah. Leo berpisah dan mengibarkan bendera Konser Rakyat. 

Hanya tinggal Gombloh yang mempertahankan bendera band itu hingga masuk dapur rekaman. Hingga ia mencapai masa keemasan pada 1986. Tepatnya saat Gombloh meluncurkan album berjudul Semakin Gila

Album itu terjual 500 ribu copy dengan hitsnya Kugadaikan Cintaku. Tapi sosok Gombloh lebih dari itu. Ia dikenal sebagai sosok yang peduli. Nasionalis. Pandai bergaul tak pandang siapa. 

BACA JUGA:Monolog ”Panggil Aku Gombloh” oleh Wanggi Hoediyatno; Mewujudkan Asa Sang Legenda Surabaya

Guruh menyebut ketertarikannya terhadap Gombloh berawal dari mendengarkan lagu-lagunya sejak kecil. "Tepatnya ketika saya masih SD kelas VI. Saat itu saya memutar kaset-kaset Gombloh milik bapak saya," ujarnya.

Kecintaannya semakin bertambah ketika kuliah. "Saat itu, saya mendapat mata kuliah filologi. Lalu menemukan kajian-kajian naskah kuna. Banyak di antara naskah-naskah itu dialihmediakan menjadi lagu oleh Gombloh," ujar alumnus Sastra Indonesia, FIB, Unair itu.

Kategori :