Sinyal Positif AS-Tiongkok, Pertemuan Hangat di Forum ASEAN

Sabtu 12-07-2025,15:04 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

BACA JUGA:AS dan Tiongkok Sepakat Pangkas Tarif Impor Sebesar 115 Persen Selama 90 Hari

BACA JUGA:Penundaan Tarif Impor Trump Bikin Lega, Indonesia Jajaki Negosiasi dengan AS

Anda sudah tahu, Trump mengancam akan memberlakukan tarif antara 20-50 persen kepada lebih dari 20 negara sebelum 1 Agustus. Dan banyak negara itu berada di Asia. Dan tarif itu akan diberlakukan jika tidak ada kesepakatan dagang.

ASEAN dalam komunike bersama menyuarakan keprihatinan atas kebijakan tarif tersebut. Kebijakan itu dituding kontraproduktif dan berpotensi mengancam pertumbuhan ekonomi kawasan.

Jepang, sekutu lama AS, termasuk yang paling terpapar. Negeri Sakura itu menghadapi tarif menyeluruh sebesar 25 persen. Di luar bea masuk atas mobil, baja, dan aluminium yang telah diberlakukan. Korea Selatan berada dalam posisi serupa.

Rubio sempat bertemu dengan para mitranya dari Jepang dan Korea Selatan pada hari yang sama. Juru bicaranya, Tammy Bruce, menyebut koneksi Jepang dan Korea Selatan sebagai “hubungan yang tak tergantikan.”


LAMBAIAN TANGAN Melu AS Mario Rubio ketika meninggalkan Kuala Lumpur, 11 Juli 2025.--

Di sisi lain, Wang Yi secara terbuka mengkritik kebijakan tarif AS. “Pengenaan tarif tinggi oleh Amerika Serikat terhadap Kamboja dan negara-negara Asia Tenggara adalah upaya untuk mencabut hak sah mereka dalam pembangunan,” tegasnya sehari sebelum pertemuan.

Sejak Trump kembali menjabat pada Januari, ketegangan AS-Tiongkok kembali meningkat. Kedua negara sempat terlibat dalam perang tarif yang membuat bea masuk meroket. AS pernah memberlakukan tarif tambahan sebesar 145 persen terhadap barang-barang dari Tiongkok. Beijing membalas dengan tarif hingga 125 persen.

Pada Mei 2025, kedua pihak sepakat untuk memangkas tarif secara temporer. Langkah itu disebut Trump sebagai “total reset.” Namun, kecurigaan mendalam tetap membayangi relasi kedua negara.

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, pada akhir Mei, menuduh Tiongkok bersiap menggunakan kekuatan militer untuk mengubah keseimbangan kekuasaan di kawasan Asia-Pasifik. Ia juga menyebut bahwa Beijing “berlatih setiap hari” untuk menginvasi Taiwan, pulau yang diklaim Tiongkok sebagai bagian dari wilayahnya.

BACA JUGA:Trump Digugat Rakyat Sendiri, 12 Negara Bagian Ajukan Gugatan Terhadap Kebijakan Tarif Impor

BACA JUGA:Prabowo Upayakan Pertemuan dengan Trump untuk Bahas Tarif Impor

Sebagai balasan, para diplomat Tiongkok menuduh Washington menggunakan isu Taiwan untuk membendung Tiongkok. Mereka memperingatkan agar AS tidak bermain api.

Meski retorika keras dan kebijakan saling balas tetap membayangi, pertemuan antara Rubio dan Wang menjadi semacam oase diplomasi. Artinya, kedua negara masih mempertahankan saluran komunikasi formal. 

Dengan belum ditentukannya tanggal pertemuan Trump dan Xi, banyak pihak menanti apakah pertemuan di Kuala Lumpur itu akan menjadi awal dari langkah konkret. Atau sekadar jeda dalam eskalasi. Yang jelas, seperti dikatakan Rubio, “Semua pemimpin di sini cukup dewasa untuk memahami bahwa kondisi seperti sekarang tidak bisa terus berlanjut.” (*)

Kategori :