MENTERI Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio dan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi bertemu di sela-sela konferensi tingkat menteri ASEAN, Jumat, 11 Juli 2025. Kedua belah pihak mengatakan, momen langka itu bernilai positif.
Harus diakui, hubungan kedua negara kerap dirundung ketegangan. Artinya, pertemuan itu memberikan sinyal bahwa komunikasi langsung tetap bisa terlaksana antara kedua kekuatan ekonomi dunia itu.
Menurut Marco Rubio kepada media, pertemuan itu berlangsung selama satu jam di Kuala Lumpur. Meskipun tidak ada negosiasi, diskusi kedua diplomat itu bersifat konstruktif dan positif.
“Saya rasa kami keluar dari ruangan itu dengan keyakinan bahwa ada sejumlah area yang bisa kami kerjakan bersama,” ujarnya.
BACA JUGA:Tarif Impor AS Naik Jadi 32 Persen, Inilah Desakan Said Abdullah
BACA JUGA:Tanggapan Emil Dardak Soal Tarif Impor AS: Pelaku Usaha Jatim Sudah Antisipasi
Kementerian Luar Negeri Tiongkok juga mengeluarkan pernyataan serupa. Mereka bilang, pertemuan itu positif, pragmatis, dan konstruktif. Beijing menambahkan bahwa kedua negara mencapai kesepakatan. ’’Harus ada peningkatan komunikasi dan dialog melalui saluran diplomatik. Juga menjajaki perluasan area kerja sama sambil mengelola perbedaan,” bunyi pernyataan resmi kementerian tersebut.
Pertemuan itu menjadi yang pertama antara Rubio dan Wang sejak kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih pada Januari 2025. Dan pertemuan itu terjadi di tengah persaingan yang makin intens antara Washington dan Beijing terkait isu-isu seperti perdagangan dan Taiwan.
Rubio juga menyampaikan optimisme mengenai kemungkinan pertemuan langsung antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping.
“Keinginan itu kuat dari kedua belah pihak,” katanya. Walaupun, katanya, belum ada tanggal yang ditetapkan.
KEDATANGAN menlu Tiongkok Wang Yi sebelum bertemu Marco Rubio di Kuala Lumpur, 11 Juli 2025.--
Forum ASEAN yang berlangsung selama tiga hari itu menjadi latar bagi serangkaian pertemuan bilateral dan multilateral. Termasuk dengan para diplomat dari Rusia, Uni Eropa, Inggris, dan Kanada.
Namun, perhatian besar tertuju pada dinamika AS-Tiongkok. Terutama setelah Washington meningkatkan ancaman tarif terhadap berbagai negara.
Rubio, dalam kunjungan perdananya ke ASEAN sebagai menlu, membawa pesan bahwa AS sedang memprioritaskan komitmennya terhadap Asia Timur dan Asia Tenggara. Namun, kebijakan tarif Presiden Trump menjadi bayang-bayang besar yang sulit diabaikan.
“Jika Anda lihat, defisit perdagangan ini masif. Itu harus ditangani,” kata Rubio kepada wartawan. Ia juga mengaku disambut hangat oleh negara-negara ASEAN meski tetap ada kekhawatiran terkait bea masuk.