Pertanian Pintar Hadir di Desa Tawangsari: Kolaborasi Mahasiswa Universitas Brawijaya dan Petani Lokal

Sabtu 12-07-2025,15:44 WIB
Reporter : Noor Arief Prasetyo
Editor : Noor Arief Prasetyo

Di tengah lahan pertanian Desa Tawangsari yang menghijau, sebuah perubahan kecil tapi signifikan sedang berlangsung. Para petani desa ini mulai mengenal teknologi penyiraman tanaman berbasis Internet of Things (IoT) berkat inisiatif kolaboratif antara Tanoto Scholars Association Universitas Brawijaya (TSA Brawijaya) dan Tim IoT dari Fakultas Teknik UB. Program bertajuk AKSIS #1 – Bertani Menggunakan Teknologi ini menjadi upaya nyata mempertemukan teknologi dan pertanian lokal.

Desa Tawangsari selama ini menghadapi persoalan serius: penurunan kualitas tanah, kekurangan pasokan air, dan penggunaan sistem irigasi tradisional yang kurang efisien. Petani setempat kerap kesulitan memantau kelembaban tanah, mengakibatkan pemborosan air dan nutrisi, serta panen yang tidak optimal.

Melalui program kerja AKSIS #1 (Aksi Sosial Implementasi SDGs), TSA Brawijaya memperkenalkan solusi berbasis teknologi. Mereka tidak hanya merancang dan memasang alat kontrol penyiraman berbasis IoT, tetapi juga memberikan edukasi langsung tentang cara mengoperasikannya.

Dalam sosialisasi yang berlangsung pada 27 Juni 2025, petani dibekali pemahaman tentang cara kerja alat yang dapat menghubungkan sensor dan aktuator melalui internet untuk memantau kondisi udara dan kelembaban tanah. Data yang dikumpulkan bisa dipantau melalui aplikasi real-time yang terhubung dengan sistem penyimpanan digital. Dengan cara ini, penyiraman dan pemberian pupuk menjadi lebih tepat sasaran, sehingga efisiensi pemanfaatan sumber daya meningkat.

BACA JUGA:Tanoto Foundation: Kiat Nola B3 Dampingi Anak Masuk PAUD

BACA JUGA:Tanoto Foundation dan Gates Foundation Tingkatkan Kesehatan, Gizi, dan Pendidikan di Asia

“Besarnya potensi di Desa Tawangsari adalah bukti nyata dari inisiatif Pay It Forward kami,” ujar Rachel Liemida, Presiden TSA Brawijaya 2025. “Harapan saya, instalasi ini akan menjadi model, menginspirasi adopsi teknologi serupa di desa-desa lain, dan memberikan bantuan substansial bagi sektor pertanian Tawangsari.”

Menurut para penggagas, alat ini dirancang secara khusus agar ramah pengguna. Petani tidak perlu memantau kondisi lahan secara manual setiap hari. Ketika tanah mulai kering atau suhu terlalu tinggi, sistem akan secara otomatis memberi notifikasi atau langsung menyiram sesuai pengaturan. Ini bukan sekadar efisiensi, tetapi juga langkah kecil menuju pertanian berkelanjutan.

Ketua Pelaksana AKSIS #1, Tisya, menyampaikan harapannya agar para petani bisa memanfaatkan alat ini dengan baik. “Semoga dengan adanya sosialisasi ini, para petani yang hadir dapat lebih memahami cara kerja alat yang telah dipasang di lahan Tawangsari, serta mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan efisiensi sumber daya alam di desa,” ujarnya.

Program ini juga mendapat dukungan dari Tim Workshop IoT Himpunan Mahasiswa Elektro (HME) Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Perwakilannya menuturkan bahwa proyek ini bukan sekadar instalasi teknologi, tapi juga bentuk kemitraan jangka panjang. “Kami sangat antusias dengan kolaborasi ini dan mengantisipasi bahwa alat kontrol penyiraman dan pemantauan tanaman berbasis IoT akan mendorong kemajuan teknologi dalam pertanian Desa Tawangsari,” katanya.


Lahan pertanian Desa Tawangsari yang mendapat terapan teknologi penyiraman tanaman berbasis Internet of Things (IoT) berkat inisiatif kolaboratif antara Tanoto Scholars Association Universitas Brawijaya (TSA Brawijaya) dan Tim IoT dari Fakultas Teknik UB.-Tanoto Foundation-

Sambutan hangat juga datang dari warga lokal. Eko Yulianto, pengurus Kelompok Tani Sumbermulyo II Desa Tawangsari, menyampaikan apresiasinya. “Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi untuk berjalannya program kerja ini,” ujarnya.

TSA Brawijaya sendiri merupakan organisasi mahasiswa penerima beasiswa TELADAN dari Tanoto Foundation. Melalui berbagai program sosial, mereka berupaya menerapkan nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs) secara nyata. AKSIS #1 menjadi salah satu bentuk pengabdian mereka, yang menggabungkan edukasi, teknologi, dan kolaborasi lintas bidang.

Pemilihan Desa Tawangsari sebagai lokasi bukan tanpa alasan. Desa ini memiliki potensi pertanian yang besar, tetapi belum optimal dalam pemanfaatan teknologi. Dengan kehadiran alat IoT ini, harapannya bukan hanya panen meningkat, tapi juga kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pertanian berbasis teknologi bisa tumbuh.

BACA JUGA:Tanoto Foundation Cetak Pemimpin Masa Depan Lewat Program Teladan (3-habis): Makin Mantap Meraih Asa

Kategori :