HARIAN DISWAY - Seorang anak berusia 13 tahun asal Jenin, Palestina dikabarkan tertembak oleh tentara Israel di kota Ya’bad pada Jumat sore lalu.
Warga lokal mengatakan bahwa anak itu bernama Amr Ali Qabha itu tidak mendapatkan tindakan medis dikarenakan situasi saat itu sedang tidak kondusif dan keberadaan tentara Israel yang menghalangi ambulans, dilansir dari media Wafa.
Ayah dari Qabha telah berusaha untuk menyelamatkan anaknya namun dipukuli dan ditahan oleh tentara Israel.
Naasnya, anak tersebut telah dinyatakan meninggal dunia setelah berhasil diangkut oleh ambulans dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.
BACA JUGA:Serangan Israel Menggempur 3 Kota di Tepi Barat, Rumah Sakit di Jenin Diblokir
BACA JUGA:Serangan Israel Makin Intensif ke Tepi Barat, Puluhan Korban Berjatuhan di Kamp Pengungsian Jenin
Tragedi ini terjadi di daerah Tepi Barat (West Bank), Palestina selatan ketika tentara Israel sedang melakukan operasi militer di daerah tersebut.
Berdasarkan The United Nations Humanitarian Office (OCHA) pada Jumat lalu, setidaknya terdapat 14 warga Palestina meninggal dunia dan 355 terluka di daerah Tepi Barat sejak bulan lalu.
Di sisi lain, paling tidak telah terjadi 129 kali serangan yang berdampak atas korban jiwa dan kerusakan properti.
Menurut pihak OCHA, sejak awal 2024 hingga akhir Juni 2025 tercatat setidaknya 2,200 serangan oleh pemukim Israel yang menyebabkan lebih dari 5,500 terlukanya warga Palestina.
Pada kurun waktu yang sama, hampir sebanyak ribuan warga Palestina yang terpaksa bergeser ke Tepi Barat dikarenakan operasi militer Israel, kekerasan pemukim Israel, atau penggusuran rumah yang dilakukan oleh pemerintah Israel.
BACA JUGA:Biadab, Tentara Israel Jadikan Warga Palestina sebagai Perisai Manusia di Tepi Barat
BACA JUGA:Serangan Israel Makin Intensif ke Tepi Barat, Puluhan Korban Berjatuhan di Kamp Pengungsian Jenin
Kekerasan serupa sudah sering terjadi di daerah Tepi Barat, hal ini disebabkan oleh adanya pemukim Israel yang meninggali Tepi Barat.
Beberapa pemukim meninggali daerah tersebut dengan alasan keagamaan sedangkan sisanya memilih tempat tersebut karena biaya hidup yang relatif rendah.