HARIAN DISWAY - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu didiagnosis mengalami keracunan makanan sehingga harus bekerja dari rumahnya selama 3 hari ke depan. Hal ini menyebabkan semua sidang dugaan korupsi ditunda.
Berita ini diumumkan oleh Kantor Perdana Menteri setelah Netanyahu dinyatakan tidak menghadiri rapat kabinet mingguan pada Minggu pagi.
Netanyahu mulai merasa sakit pada Minggu malam lalu dan kemudian diperiksa oleh direktur departemen penyakit dalam dari rumah sakit Hadassah Ein Kerem Yerusalem, Dr. Alon Hershko.
BACA JUGA:Netanyahu Siap Gencatan Senjata Permanen dengan Syarat Utama Hamas Tidak Lagi Gunakan Senjata
BACA JUGA:Netanyahu Sebut Israel Menang Lawan Iran, Buka Peluang Bebaskan Sandera di Gaza
Dr. Hershko mendiagnosa Netanyahu dengan peradangan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh keracunan makanan.
Kondisi Netanyahu dikabarkan baik setelah pemeriksaan lebih lanjut serta mendapat cairan intravena (infus) dikarenakan dehidrasi yang diakibatkan oleh penyakitnya.
“Berdasarkan rekomendasi dokter, perdana menteri Israel akan beristirahat di rumah untuk 3 hari ke depan dan akan mengurus urusan kenegaraan dari sana,” ujar pihak Kantor Perdana Menteri.
Melemahnya kondisi fisik Netanyahu menyebabkan Pengadilan Distrik Yerusalem mengundurkan jadwal kesaksian Netanyahu pada hari Senin dan Selasa.
Dilansir dari The Times of Israel, Netanyahu dikabarkan akan memberikan kesaksian paling cepat pada bulan September 2025 dikarenakan pengadilan setempat akan memasuki masa libur musim panas minggu ini hingga tanggal 5 September.
BACA JUGA:Netanyahu Puji Trump Atas Serangan ke Iran: Janji Menghancurkan Nuklir Iran Telah Terpenuhi
BACA JUGA:Israel Siapkan Rencana Penaklukan Gaza, Netanyahu Bertekad Relokasi Warga Gaza ke Mesir dan Yordania
Pengacara Netanyahu, Amit Hadad meminta agar sidang ditunda yang kemudian disetujui oleh Kantor Kejaksaan. Tetapi ia meminta agar dapat bersaksi pada hari Rabu dan Kamis.
Kesaksian Netanyahu sudah diundur beberapa kali sejak Desember tahun lalu dengan alasan kesehatan, perang dengan Hamas di Gaza, perang dengan Iran, serta perjalanan diplomatik keluar.(*)
*) Mahasiswa magang prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya