Tangis di Teluk Ha Long: Nestapa Keluarga Korban Wonder Sea

Senin 21-07-2025,15:07 WIB
Reporter : Joylin Septiani
Editor : Noor Arief Prasetyo

“Bayangan saya, karena kami semua ada di sini, dia akan tahu dan akan kembali. Kami semua cemas. Kami hanya berharap dan berdoa, dia kembali pada kami,” ucap Quang.

Di rumah duka Ha Long, suasana haru menyelimuti. Jenazah-jenazah dibungkus kain merah, dibawa masuk dengan tandu, disambut tangis keluarga.

BACA JUGA:Kecelakaan Kapal di Jembatan Baltimore Berpotensi Berikan Pengaruh Buruk Pada Perusahaan Besar

BACA JUGA:KPLP Temukan 2 Korban Kecelakaan Kapal KM Dewi Noor 1, 1 Masih Hilang

Seorang pria berusia 68 tahun berdiri terpaku, matanya merah. Ia kehilangan keponakan dan seluruh keluarganya: pasangan muda dan dua anak laki-laki mereka.

“Ini sangat tiba-tiba,” katanya pelan kepada AFP. Tangisnya tertahan. “Mereka hanya ingin membawa anak-anak berlibur musim panas. Tapi semuanya berakhir mengerikan,” bisiknya.

Ia sudah melihat jenazah kerabatnya: ibu dan dua anak. Si suami yang masih lenyap. “Kami tahu tak ada lagi harapan,” ucap lelaki itu.

Di antara para korban, ada seorang petugas pemadam kebakaran yang sedang berlibur bersama rekan-rekannya. Kawan kuliahnya mengatakan, jenazah sudah dibawa pulang ke kampung halaman pagi itu juga. “Ia masih lajang,” kenangnya.

Pemerintah provinsi, menurutnya, telah memberikan 25 juta dong atau sekitar Rp 15,5 juta untuk tiap korban jiwa.


KELUARGA YANG BERDUKA bersiap mengurus pemakaman, 20 Juli 2025. Mereka membawa jenazah kerabatnya dari rumah duka Ha Long, Provinsi Quang Ninh, Vietnam.-NHAC NGUYEN-AFP-

Di tengah upaya penyelamatan yang berlangsung tanpa henti, secercah harapan datang. Remaja berusia 14 tahun ditemukan hidup. Anak itu terjebak empat jam di dalam kabin kapal yang terbalik.

Dalam keadaan lemah, ia diselamatkan oleh penyelam dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Seorang anak lain berusia 10 tahun juga ditemukan hidup, meski luka-luka. Keduanya kini dalam perawatan intensif, baik secara fisik maupun psikologis.

Namun, banyak keluarga masih menggantungkan harapan pada mukjizat. Dang Thuy Linh, salah satu penyintas, kehilangan suami, anak, dan keluarga sahabatnya. Dia dengan suara parau memohon agar pencarian dipercepat.

“Udara yang tersisa di dalam kapal hanya sedikit, dan kesempatan untuk selamat sangat minim,” katanya kepada VTV. “Jangan biarkan siapa pun tertinggal di kapal itu,” ratapnya

Pernyataannya mewakili luka kolektif yang belum sembuh. Setiap detik yang lewat adalah jarak antara harapan dan kehilangan.

Sementara itu, Dinh Khac Giong, seorang penyelam veteran berusia 64 tahun yang turut serta dalam misi penyelamatan, menyampaikan tantangan teknis yang mereka hadapi. “Sebagian besar kapal sudah kami periksa. Tapi kokpit dan ruang mesin masih terjebak di lumpur,” katanya dalam wawancara dengan Vietnamnet.

Kategori :