Lampu strobo menari. Semua tangan menjulang. Semua suara bergemuruh. Panggung bergetar. Udara panas. Tapi tak satu pun yang ingin malam itu berakhir.
Ekspectanica Surabaya malam itu bukan hanya konser. Tapi sebuah perayaan hidup. Nostalgia. Tangis. Tawa. Rindu. Semua bercampur jadi satu.
BACA JUGA:BRI Jazz Gunung Series 2025, Merayakan Musik di Pelukan Bromo
Dewa 19 tak sekadar menghibur, mereka menyembuhkan. Dan penonton? Mereka pulang dengan separuh jiwanya tertinggal di panggung itu. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Surabaya.