Maka, hasil riset penting bagi perempuan yang sedang menjalin asmara dengan pria. Sebagai peringatan. Agar terhindar jadi korban pembunuhan.
Pertama, riwayat penguntitan atau kekerasan oleh pelaku sebelum menjalin hubungan dengan Anda sekarang.
Kedua, kisah asmara yang berkembang cepat menjadi hubungan serius. Baik pacaran, living together, maupun pernikahan.
Ketiga, hubungan didominasi oleh kontrol koersif.
Keempat, pemicu yang mengancam kendali pelaku. Misalnya, hubungan pasangan retak, akan segera berakhir, atau pelaku mengalami kesulitan keuangan dalam jangan panjang.
Kelima, eskalasi. Peningkatan intensitas taktik pengendalian pasangan oleh pelaku, seperti menguntit atau pelaku mengancam akan bunuh diri
Keenam, hubungan berakhir. Pelaku melanjutkan hidupnya, tapi menyimpan dendam. Ia akan balas dendam atau berpikir akan membunuh mantan pasangan.
Ketujuh, perencanaan. Pelaku menyusun rencana dan menyiapkan senjata. Lalu, mencari peluang, mengincar, untuk mendapatkan momentum korban sendirian
Kedelapan, pembunuhan. Pelaku membunuh pasangannya, dan mungkin melukai orang lain seperti anak-anak korban.
Tahap pertama tidak berlaku bagi pria yang sebelum membina hubungan dengan Anda, ia belum pernah membina hubungan dengan perempuan lain.
Monckton Smith kepada BBC: ”Jika Anda melihat semua kasus ini, tampak ada perencanaan, tekad membunuh, yang sebelumnya selalu dimulai dengan kontrol yang bersifat memaksa.”
Dengan delapan tahap itu, perempuan bisa menganalisis pasangan yang cenderung melakukan KDRT. Analisis bisa dimulai dari tahap ketiga. Ketika suatu hubungan sudah masuk di sana, kemudian menuju ke tahap keempat, kemudian lanjut ke tahap kelima, itu tanda menuju bahaya.
Solusinya, segera minta konsultasi dengan pihak keluarga atau konsultan ahli pernikahan. Jangan sampai menunggu tiba di tahap keenam.
Kalaupun sudah tiba dan urutan kejadian sesuai dengan teori Smith itu, kondisi akan menuju ke tahap ketujuh, pelaku merencanakan pembunuhan. Sampai di sini sudah kritis.
Itu cuma teori. Meski hasil riset. Sayang, ketika pasangan mengalami kondisi keguncangan hubungan dan menuju retak, para pihak dalam kondisi sangat gelisah dan panik. Gelisah campur sedih. Sebab, hubungan bakal segera berakhir. Panik, sebenarnya calon korban tidak ingin berpisah, tapi keadaan memaksa untuk berpisah.
Di saat itu orang sulit bekonsentrasi berpikir jernih. Kepanikan memburamkan logika. Semuanya gelap.