Obituari Suryadharma Ali: Pejuang itu Telah Kembali

Jumat 01-08-2025,12:26 WIB
Oleh: M. Romahurmuziy

BAGI saya, Mas Surya (Suryadharma Ali/SDA) bukan hanya ketua umum. Beliau adalah kakak, mentor, sekaligus guru politik saya. Sejak membersamainya tahun 2002 sebagai Tenaga Ahli Komisi V DPR RI, di mana SDA adalah ketuanya, cermat adalah sifat yang paling tepat untuk menggambarkan almarhum. Kalimat demi kalimat, titik, bahkan koma, dalam balutan spidol hijau, selalu menghiasi koreksi almarhum atas konsep-konsep yang saya buat. Tak jarang kami berdebat, tentang nilai rasa bahasa dari sebuah konsep. 

Sesaat setelah di fit and proper pak SBY tahun 2004, almarhum menelepon saya. 

"Rom, bantu saya di Kemen-PAN ya" ujarnya. 

"Jangan. Saya nggak ngerti apa-apa soal birokrasi, Mas," jawab saya. 

"Udahlah kita sama-sama belajar," katanya. 

BACA JUGA:Abolisi untuk Tom Lembong dan Amnesti untuk Hasto Kristiyanto Disetujui DPR

BACA JUGA:Presiden Miliki Wewenang Abolisi dan Amnesti, Ini Perbedaan Antara Keduanya

Untunglah tak lama kemudian SDA didapuk menjadi menkop & UKM. Setelah perubahan jelang pelantikan itu, almarhum menelepon saya lagi. "Kali ini kamu nggak boleh nolak". Jadilah disiplin ilmu perkoperasian dan industri kecil yang saya geluti saat di DPR, menjadi bekal sebagai staf khususnya. 

Selama 5 tahun di Kemenkop & UKM, saya merasa almarhum betul-betul mengader, mendidik, dan membimbing saya, tanpa sekalipun saya lihat marah. Program-program baru Kemenkop UKM, lahir dari goresan tangan almarhum. Seperti "SMEsCo mart" yang masih bertahan di banyak tempat sebagai kemitraan peritel modern dengan koperasi. Atau gedung SMEsCo yang megah dan migunani di bilangan Gatsu, Jaksel. 


Suryadharma Ali dan Romahurmuziy-Dokumentasi PPP-

Semua yang mengikuti perjalanannya dari dekat pasti bersaksi, SDA adalah pekerja keras dan family man. Di sela-sela aneka kunjungan dengan jadwal yang padat dan melelahkan, SDA selalu menyempatkan diri menelepon keluarga. 

Pernah di suatu pengujung malam selepas rapat Komisi V DPR, almarhum tak ada yang menjemput dan ''menumpang'' mobil saya ke salah satu mal di bilangan Jaksel yang sudah hampir tutup. Saya tanya, "cari apa, Mas?" "Bola. Untuk Raka." Raka adalah satu-satunya anak lelakinya dan sangat disayanginya. 

BACA JUGA:Bendera One Piece Marak Jelang Peringatan HUT RI, Dasco: Ada Upaya Memecah Belah Bangsa

BACA JUGA:PPATK Blokir 140 Ribu Rekening Dormant, DPR: Bukan Perampasan, Justru Lindungi Nasabah

Pun sebulan sekali saya di akhir pekan hampir selalu menemani almarhum mengantarkan keluarga ke tempat liburan favorit mereka saat itu, Tanjung Lesung, Banten. Di hampir setiap konsinyir undang-undang jika diadakan di hotel, almarhum hampir selalu mengajak ketiga putrinya yang saat itu masih kecil, Chicha, Sherli, dan Nadia, untuk berenang.

Kategori :