Israel Mulai Terpojok, Swedia dan Belanda Dorong EU Hentikan Perdagangan Dengan Negara Zionis

Jumat 01-08-2025,13:51 WIB
Reporter : Putri Rania Abida*
Editor : Taufiqur Rahman

HARIAN DISWAY - Perdana Menteri Swedia Ulf Krisstersson menyerukan agar Uni Eropa membekukan kerjasama dagang dengan Israel akibat aksi brutal di Jalur Gaza.

“Situasi di Gaza sangat mengenaskan dan Israel gagal memenuhi kewajiban dasar dan kesepakatan atas bantuan darurat,” tutur Krisstersson pada akun X miliknya.

Selain itu, Perdana Menteri Krisstersson menyerukan pada Israel agar mengizinkan bantuan kemanusiaan untuk masuk tanpa mengalami hambatan.

BACA JUGA:Mulai Terpecah, Organisasi Kemanusiaan Israel Sebut Negaranya Lakukan Genosida

BACA JUGA:Puluhan Negara Hadiri Konferensi PBB Bahas Solusi Dua Negara untuk Israel-Palestina

“Dengan demikian, Swedia meminta agar UE membekukan perdagangan dari perjanjian asosiasi sesegera mungkin,” ucap Krisstersson.

Perjanjian Asosiasi Uni Eropa dengan Israel terkait dengan kerjasama dalam bidang perdagangan dan politik. Berdasarkan data Uni Eropa, mereka merupakan mitra perdagangan terbesar Israel, dengan kontribusi hampir satu pertiga perdagangan global Israel.

Krisstersson memberikan pernyataan ini dua hari setelah Belanda mengumumkan hal serupa.

Menteri Luar Negeri Belanda Caspar Veldkamp sebelumnya mengatakan bahwa Belanda akan membekukan perdagangan dalam perjanjian Asosiasi UE-Israel jika Israel gagal memenuhi kewajiban kemanusiaan atas Gaza.

Perang Israel-Hamas di Gaza telah memecah Uni Eropa. Beberapa negara anggota termasuk Jerman beranggapan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri dan tidak melewati batas-batas hukum internasional.

BACA JUGA:Israel Umumkan Jeda Perang 10 Jam Setiap Hari di Gaza, Beri Jalan untuk Bantuan Kemanusiaan BACA JUGA:Setidaknya 30 Orang Warga Gaza Tewas Saat Mengakses Bantuan Kemanusiaan, IDF Membantah

Di sisi lain, negara anggota Uni Eropa seperti Spanyol mengecam genosida yang dilakukan Israel atas warga Palestina.

Langkah ini membuat Israel semakin terpojok setelah negara maju lainnya mengumumkan akan mengakui kedaulatan Palestina.

Terlebih, desakan negara-negara tersebut muncul akibat krisis kelaparan dan malnutrisi yang kian merambat di Gaza.(*)

*) Mahasiswa magang prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya

Kategori :