Jangan Takut pada One Piece: Rayakan Kreativitas dalam Semangat Kemerdekaan

Minggu 10-08-2025,23:06 WIB
Oleh: Yayan Sakti Suryandaru*

BACA JUGA:Mengapa Bonney Bisa Menjadi Sun God Nika di One Piece?

Teoretikus budaya Dick Hebdige (1979) dalam bukunya, Subculture: The Meaning of Style, menjelaskan bahwa subkultur sering kali menggunakan simbol-simbol yang dimaknai ulang (re-appropriated) untuk menantang tatanan sosial yang mapan. 

Dalam hal ini, penggunaan simbol Jolly Roger adalah strategi kreatif untuk menciptakan ruang makna baru di tengah rutinitas nasionalisme yang makin seragam dan institusional. Mereka bukan sedang melecehkan kemerdekaan, melainkan ingin menjadi bagian dari narasi itu, dengan bahasa dan simbol mereka sendiri.

Dari sisi psikologi komunikasi, keberanian menampilkan sesuatu yang berbeda atau menyimpang dari norma umum merupakan strategi untuk menarik perhatian publik. 

BACA JUGA:Bendera One Piece Berkibar, Menkopolhukam Budi Gunawan Ingatkan Konsekuensi Pidana

BACA JUGA:Dasco Soroti Pengibaran Bendera One Piece, Sebut Berpotensi Pecah Belah Bangsa

Fenomena itu dijelaskan Berlyne (1960) dalam konsep arousal potential, bahwa manusia lebih mudah merespons stimulus yang bersifat baru, kompleks, atau tidak terduga karena memicu rasa ingin tahu dan perhatian. Sebab itulah, tindakan nyeleneh, seperti mengibarkan bendera bajak laut, lebih cepat viral daripada upacara bendera biasa.

Jadi, mereka yang memasang simbol One Piece bukan semata ingin memberontak, melainkan ingin didengar. Simbol itu adalah ”pancingan” komunikasi: agar negara, media, atau komunitas dewasa lainnya mau membuka ruang dialog.

KEMERDEKAAN BUKANLAH MONUMEN, MELAINKAN RUANG HIDUP

Melihat kemunculan simbol Jolly Roger dari One Piece di ruang publik menjelang peringatan HUT Ke-80 RI, kita sebaiknya berhenti menilai ekspresi semacam itu sebagai gangguan atau pembangkangan. 

BACA JUGA:Bendera One Piece Marak Jelang Peringatan HUT RI, Dasco: Ada Upaya Memecah Belah Bangsa

BACA JUGA:Urutan Jabatan Marine di One Piece: Dari Prajurit Rendah Hingga Fleet Admiral

Sebaliknya, ini adalah sinyal bahwa generasi muda sedang berusaha membangun hubungan emosional dan simbolis mereka sendiri dengan makna kemerdekaan.

Ketimbang sekadar mengulang bentuk-bentuk simbolis yang bersifat seremonial, mereka memilih jalan yang lebih kontekstual. Rasanya itu relevan dengan identitas budaya dan media yang mereka konsumsi sehari-hari.

Kemerdekaan tak layak dibakukan hanya dalam bentuk monumen, upacara formal, atau simbol-simbol yang beku dalam narasi masa lalu. Ia adalah ruang hidup yang dinamis, terbuka terhadap perubahan, dan tumbuh bersama generasi yang berbeda-beda. 

Jika negara ingin kemerdekaan tetap bermakna lintas generasi, negara juga harus siap menghadirkan ruang yang memberikan tempat bagi ekspresi baru. Itulah ujian nyata keberanian kita sebagai bangsa: tidak hanya mempertahankan kemerdekaan, tetapi juga merawat relevansinya.

Kategori :