PKL di Manila yang Kian Merana, Bertahan di Tengah Stigma dan Penggusuran

Selasa 12-08-2025,12:07 WIB
Reporter : Joylin Septiani
Editor : Noor Arief Prasetyo

Ricardo adalah penjual balut, alias telur bebek yang telah dibuahi. Lapaknya ada di luar pasar tradisional yang ramai di salah satu jalan utama Manila. Ia mengungkap bahwa sejak digusur oleh pemerintah, pemasukannya jadi anjlok drastis. Kini, paling tinggi, ia hanya membawa pulang seribu peso, tak lebih dari Rp 286 ribu.

BACA JUGA:Manila Ingin Longgarkan Aturan Pandemi

BACA JUGA:Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap atas Dugaan Kejahatan Kemanusiaan

Ibanez adalah salah satu dari banyaknya pedagang kaki lima yang menentang diadakannya zona khusus bagi kaumnya berjualan. Pasalnya, menetap di satu tempat justru membuatnya merugi.

“Aku bisa mendapat penghasilan lebih baik kalau bisa berjualan di mana saja yang aku mau,” ucapnya.

Wajar saja. Sejauh ini, upaya yang diambil pemerintah baru kebijakan pembersihan jalan. Tujuannya supaya jalanan utama bersih. Jadi, arus lalu lintas tak terhalang oleh lapak pedagang kaki lima.

Hal itu menuai banyak pro kontra dari publik. Ada yang beranggapan bahwa kebijakan Mpreno membawa dampak positif. Ketertiban dan mobilitas kendaraan di kota jadi lebih teratur. Tidak seperti biasanya ketika jalanan sering dijadikan pasar dadakan. 


SAMBIL MENELEPON, lelaki ini mempersiapkan dagangannya di salah satu ruas jalan Manila.-JAM STA ROSA-AFP-

Namun, sebagian pihak menilai bahwa kebijakan itu terlalu berpusat pada kepentingan pengguna jalan raya. Mengabaikan mereka yang menggantungkan hidup dari berdagang. Bagi kelompok yang menolak, kebijakan tersebut justru dianggap menimbulkan kerugian ekonomi.

Arsitek lanskap dan perencana kota Filipina Paulo Alcazaren juga menambahkan, dari segi perencanaan kota saja, memang sudah tak ada harapan. Rahasia pedagang kaki lima bisa berhasil di Singapura dan Hong Kong adalah karena ada pusat khusus bagi mereka. Ditambah, fasilitas dan sistem sanitasinya sudah memadai.

“Di Manila, masalah yang saya lihat adalah meskipun ada pembersihan jalan secara musiman, alternatif tidak disediakan (untuk pedagang),” tuturnya.

Di sejumlah kota kecil di Filipina, pemerintah sebenarnya telah berhasil menerapkan sistem penataan pedagang kaki lima yang menyerupai model yang disebutkan oleh Alcazaren.

BACA JUGA:Pesawat AS Jatuh di Filipina, Tewaskan 4 Orang Penumpang

BACA JUGA:Wakil Presiden Filipina Rancang Pembunuhan Presiden

Ada zona khusus, fasilitas standar, dan pengawasan sanitasi.

Upaya itu memang efektif di tempat-tempat seperti Pasig dan Quezon City yang jumlah pedagangnya relatif sedikit. Namun, hal serupa belum bisa diterapkan di Manila yang jauh lebih padat.

Kategori :