Jawa Timur memang memiliki kekayaan destinasi yang luar biasa. Saat ini, tercatat sekitar 1.464 daya tarik wisata. Ditambah 693 desa wisata yang terus dikembangkan.
Pertumbuhan itu juga terus memperluas lapangan kerja baru, peluang usaha lokal, hingga meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa.
“Kalau bicara pariwisata Jawa Timur, Alhamdulillah gerakannya bagus sekali,” ujar Kepala Bidang Destinasi Wisata Disbudpar Jatim Susiati kepada Harian Disway, Minggu, 16 Agustus 2025.
BACA JUGA:Desa Wisata Dusun Jeding (1): Kebun Jeruk dengan Konsep Kejujuran
Angka-angka yang dipaparkannya memang meyakinkan. Kunjungan wisatawan Nusantara naik 1,39 persen. Sementara untuk wisatawan mancanegara melonjak hingga 47,69 persen.
Bagi Susiati, angka itu sekaligus menjadi bukti bahwa Jawa Timur bahwa Jawa Timur semakin diperhitungkan di mata dunia.
Jika merujuk pada data BPS melalui mobile positioning data (MPD), kontribusi Jawa Timur bahkan menembus 21 persen terhadap pergerakan wisata nasional. Tentu didukung pula oleh amenitas dan aksesibilitas yang terus berkembang.
BACA JUGA:Wabup Gresik Buka Pelatihan Pemandu Wisata, Tingkatkan SDM di Sektor Pariwisata
BACA JUGA:Pariwisata Gresik Tumbuh 8,67 Persen, Strategi Digital dan Event Budaya Jadi Kunci
Sektor pariwisata menyumbang 5,93 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur pada 2023. Setahun kemudian naik menjadi 6,6 persen.
“Artinya, pariwisata tidak sekadar hiburan, tetapi juga pendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,” jelas Susiati.
Di Jawa Timur, beberapa desa tak harus memiliki daya tarik wisata. Bahkan, beberapa di antaranya ikonik karena wisata budaya dan tradisinya.
“Misalnya Desa Wisata Gunung Sari Kabupaten Madiun yang punya daya tarik edukasi ternak dan persawahan,” ujar perempuan lulusan Bahasa Jerman IKIP Malang itu.
BACA JUGA:Forum Pariwisata Solo Raya Menyapa Surabaya, Ajak Berkolaborasi
Di Desa Wisata Gunung Sari, wisatawan diajari bagaimana cara beternak lele dan menanam padi. Sementara di Desa Wisata Adat Osing Kemiren di Kabupaten Banyuwangi, wisatawan bisa melihat bagaimana kebudayaan masyarakat di sana, sekaligus mendapat pengalaman belajar hanacaraka alias aksara Jawa.