HARIAN DISWAY – Gelombang protes di Indonesia beberapa pekan terakhir tak hanya memicu kerusuhan, penangkapan ratusan demonstran, dan meninggalnya driver ojol Affan Kurniawan. Kini, suara kritis juga datang dari para musisi yang menyuarakan kegelisahan atas kondisi bangsa.
Dinamai sebagai era "Indonesia Gelap", para seniman menggunakan platform mereka untuk mengkritik ketimpangan sosial, represi aparat, dan luka demokrasi yang belum sembuh.
Ananda Badudu: Kritik Tegas terhadap Ketimpangan Negara
Unggahan Ananda Badudu dalam akun instagramnya-instagram-
Vokalis Banda Neira, Ananda Badudu, menyampaikan unggahan panjang yang menyoroti kontras antara kemewahan pejabat dan penderitaan rakyat.
Ia menyebut gaji DPR yang mencapai ratusan juta, anggaran Polri yang lebih besar dari pendidikan dasar, hingga kematian bayi di Sukabumi akibat kemiskinan ekstrem.
“Dari reformasidikorupsi (2019) sampai Indonesiagelap (2025), cara penguasa menghadapi rakyat tetap sama: dipukuli, ditangkap, diteror, dilindas hingga mati,” tulisnya penuh getir.
BACA JUGA:1.000 Orang Ikuti Salat Gaib untuk Affan Kurniawan di Masjid Al Akbar Surabaya
BACA JUGA:Sopir Ojol Mati Dilindas Rantis di Area Demo: Ia Cuma Antar Makanan
Hindia dan Kenangan Tragedi yang Tak Lupa
Kunto Aji dan Hindia yang ngetweet tentang demokrasi Indonesia-X-
Baskara Putra (Hindia) mengingatkan publik untuk tidak melupakan kasus-kasus besar seperti tragedi Kanjuruhan dan pembunuhan aktivis Gamma.
“And do you think we forget about Gamma, or Kanjuruhan, or many other countless cases before this?” tanyanya di media sosial X.
Kunto Aji dan Kritik terhadap Aparat
Kunto Aji menyoroti aksi represif aparat dengan nada tajam:
“Anti peluru anti granat. Lo jalan pelan juga gak kenapa-napa. Ngapain ngebut???”
Kalimat ini diduga menyindir penggunaan kendaraan taktis yang menewaskan warga.
eaJ (Jae Park eks DAY6) Soroti Demokrasi yang Terdistorsi
Eaj ikut ngetweet tentang demokrasi Indonesia-X-