BACA JUGA:Demonstrasi Ricuh di Nepal Tewaskan 19 Orang, Ratusan Luka-luka
Selain itu, dukungan moral dan solidaritas yang terbangun di ruang online mampu memicu keberanian orang lain untuk ikut bersuara.
Melihat ribuan akun mendukung suatu isu juga dapat menumbuhkan rasa bahwa perjuangan tidak dilakukan sendirian. Melainkan menjadi bagian dari gerakan kolektif.
Media sosial sebagai sarana menyampaikan aspirasi yang mampu memicu keberanian orang lain untuk ikut bersuara. --iStock
Salah satu contohnya adalah tagar #TolakOmnibusLaw yang sempat mendominasi media sosial Indonesia pada tahun 2020. Tagar itu dibuat untuk menolak peluncuran Undang-Undang Cipta Kerja.
BACA JUGA:Gelombang Protes Massa di Nepal Parah, Pejabat Diserang, Rumahnya Dibakar
Tak hanya jadi trending, tetapi juga memperlihatkan bagaimana suara digital bisa memperbesar sorotan publik terhadap sebuah kebijakan. Sekaligus menunjukkan kekuatan solidaritas anak muda dalam menyuarakan penolakan.
Semua itu memperlihatkan bahwa aktivisme digital tidak hanya berhenti di layar. Tetapi dapat merambat ke dunia nyata dan menciptakan perubahan sosial yang lebih luas.
Meski punya dampak yang besar, aktivisme digital juga tidak lepas dari kritik dan tantangan. Salah satu kritik yang sering muncul adalah anggapan tentang slacktivism. Yakni aktivisme yang dianggap “setengah hati.”
BACA JUGA:Generasi Z Guncang Nepal, PM KP Sharma Oli dan Presiden Paudel Mundur
Hal itu dikarenakan bentuk aktivisme hanya sebatas klik like, share, atau ikut-ikutan trending tanpa benar-benar terlibat dalam aksi nyata.
Banyak yang menilai bentuk partisipasi semacam itu terlalu dangkal. Tidak menghasilkan perubahan berarti.
Selain itu, dunia digital juga menyimpan risiko lain. Seperti penyebaran disinformasi yang bisa memperkeruh isu.
BACA JUGA:MK Kabulkan Sebagian Gugatan Partai Buruh Terkait UU Cipta Kerja
Serta fenomena echo chamber. Fenomena yang membuat orang hanya berinteraksi dengan sudut pandang yang sama. Sehingga diskusi menjadi sempit dan bias.
Namun, terlepas dari kritik tersebut, tetap ada nilai yang tidak bisa diabaikan. Aktivisme digital memungkinkan isu-isu penting dapat menjangkau audiens yang jauh lebih luas.