Motif Pembunuhan-Mutilasi di Lidah Wetan, Surabaya: Diawali Tiga Perkara

Selasa 09-09-2025,22:16 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Alvi membayar ongkos sewa kos, tetapi tidak memberikan kartu identitas. Dengan dalih ketinggalan di desanya. Ditagih Budiono sampai tiga kali, Alvi belum juga menyerahkan surat identitas diri. Sampai ia ditangkap polisi, Minggu dini hari, 7 September 2024.

Pengakuan Alvi kepada polisi, selama tinggal bersama Tiara, ia sering cekcok. Topiknya sepele. Alvi mengaku, ia sering pulang malam dan Tiara marah. Alvi mengatakan ke Tiara, ia pulang malam untuk bekerja, ngojek online. Namun, Tiara tetap marah.

Di sisi lain, berdasar pengakuan Alvi ke polisi, Tiara selalu minta dibelikan barang-barang branded. Ogah barang murahan. Harganya tentu mahal untuk ukuran Alvi yang tukang ojek. 

BACA JUGA:Mutilasi di Trosobo, Sidoarjo, Jatim, dalam Kacamata Rational Choice Theory

BACA JUGA:Mayat Mutilasi Dalam Tas Kresek Hijau

Nah, Tiara juga heran, Alvi sarjana, tapi kok ngojek. Mungkin diharapkan bisa kerja yang bisa menghasilkan uang lebih banyak. Sebaliknya, Alvi belum menemukan pekerjaan lain selain itu.

Mereka sering cekcok. Jika Alvi pulang malam, Tiara tidak langsung membukakan pintu kamar. Dibiarkan dulu sekitar satu-dua jam, barulah pintu dibuka, lalu Alvi masuk kamar. Sudah begitu, mereka cekcok. Kejadian begitu sangat sering.

Sabtu, 30 Agustus 2025, sekitar pukul 20.30 WIB, Alvi meninggalkan kamar kos dengan naik motornya yang sehari-hari untuk ngojek. Yakni, Yamaha Nmax putih nopol W 6414 AR. Dari Lidah Wetan menuju Bandara Juanda untuk menjemput adiknya yang naik pesawat dari Medan. Si adik akan masuk ponpes di Jombang.

BACA JUGA:5 Tahun Pacaran, Tiara Dimutilasi Alvi Menjadi 310 Potongan Tubuh di Surabaya

BACA JUGA:Sosok Alvi Maulana, Pemutilasi Kekasih Asal Lamongan

AKBP Ihram: ”Pengakuan tersangka, untuk itu, ia sudah memberi tahu korban (istrinya) akan menjemput adik di Bandara Juanda dan mengantar ke Jombang. Lalu, tersangka tiba di rumah kos tengah malam.”

Saat itulah tersangka mengaku tidak dibukakan pintu kamar oleh korban. Tersangka mengaku menunggu sekitar dua jam. Barulah Tiara membuka pintu kamar. Kamar itu ukuran sekitar 3 x 4 meter, termasuk dapur dan kamar mandi.

Lantas, Tiara duduk di ranjang, memainkan HP. Dalam kondisi marah, tersangka menuju dapur, mengambil pisau dapur. Kemudian, tersangka mendatangi korban, langsung menusuk leher kanan korban. Satu tikaman kuat. Pisau terbenam. Darah korban menyembur ke berbagai arah. 

Tersangka membiarkan korban mati kehabisan darah. 

AKBP Ihram: ”Setelah tersangka merasa bahwa korban sudah meninggal, mayatnya diseret ke kamar mandi untuk dimutilasi.”

Peralatan bunuh-mutilasi sudah disita polisi. Selain pisau dapur, ada sebuah pisau besar pemotong daging, gunting besar pemotong rumput, dan sebuah palu besi. Polisi tidak menjelaskan detail bagaimana tersangka mencacah mayat dengan peralatan tersebut. 

Kategori :