***
Kisah Affan Kurniawan seharusnya menjadi pengingat bahwa nyawa rakyat tidak boleh menjadi collateral damage. Nyawa rakyat bukan angka di catatan birokrat.
Rakyat punya hak tahu, pemimpin punya kewajiban tahu. Dan, hak tahu itu tidak boleh ditunda semalam pun. Sebab, dalam dunia digital, berita buruk bisa viral dalam hitungan menit.
Jangan sampai kita punya presiden yang baru tahu paginya, ketika seluruh rakyat sudah tahu semalam suntuk.
***
Maka, pelajaran untuk kita semua sederhana, tetapi mahal.
Pertama, jangan takut melaporkan kabar buruk. Lebih cepat lebih baik. Kedua, pemimpin yang baik tidak butuh laporan manis, tapi laporan jujur. Ketiga, sistem negara harus membangun mekanisme anti ”penyaring informasi”. Sebab, kalau tidak, krisis berikutnya akan lebih parah.
***
Kita tahu, Presiden Prabowo punya gaya kepemimpinan yang keras, tegas, bahkan berapi-api. Namun, apa artinya semua itu kalau bahan bakarnya adalah informasi yang keliru?
Pemimpin sehebat apa pun, kalau telinganya disumbat laporan manis, akan menjadi raja tanpa telinga. Pun, raja tanpa telinga hanya tinggal menunggu jatuh.
***
Tragedi ini bukan sekadar kisah politik. Melainkan, juga pelajaran pendidikan politik. Bahwa demokrasi bukan hanya soal pemilu. Demokrasi adalah juga soal arus informasi yang jujur dari bawah ke atas, tanpa disaring, tanpa dipoles.
Kalau kita gagal menjaganya, bukan hanya kepemimpinan yang jadi korban. Bangsa ini pun bisa ikut menanggung risikonya. (*)
*) Ulul Albab adalah ketua ICMI Jawa Timur.