Dari Sawah ke Startup: Transformasi Petani Milenial Indonesia Melalui Kolaborasi Lintas Generasi

Minggu 28-09-2025,22:17 WIB
Oleh: Yudi Fathoni Wijaya*

KETIKA MBAH GOOGLE BERTEMU MBAH KARYO

Ada cerita menarik dari Klaten, Jawa Tengah. Sekelompok anak muda lulusan pertanian pulang kampung dengan semangat mengubah pertanian desa mereka. Berbekal teori dan aplikasi canggih, mereka yakin bisa meningkatkan produktivitas sawah. 

Hasilnya? Panen pertama gagal total. ”Aplikasi bilang cuaca cerah, tetapi Mbah Karyo bilang besok hujan. Kami ikuti aplikasi. Eh, beneran hujan dan bibit kami rusak,” kenang salah seorang di antara mereka. 

BACA JUGA:Petani Tebu Jatim Keluhkan Maraknya Gula Rafinasi di Pasaran

BACA JUGA:Mendes Yandri Berharap Petani Papua Sinergi dengan Kopdes Merah Putih

Kegagalan itu menjadi pelajaran berharga. Mereka kemudian mendekati Mbah Karyo dan petani senior lainnya, tidak untuk mengajari, tetapi untuk belajar. Yang terjadi selanjutnya adalah kolaborasi yang indah. 

Petani muda mencatat dan mendigitalkan pengetahuan lokal para sesepuh. Pranata mangsa (sistem penanggalan tradisional Jawa) dikonversi ke dalam algoritma. Tanda-tanda alam yang selama ini hanya tersimpan di kepala petani tua didokumentasikan dalam database.

Hasilnya mengejutkan. Ketika kearifan lokal digabung dengan data sains, akurasi prediksi meningkat drastis. Aplikasi cuaca yang tadinya hanya 60 persen akurat untuk mikro-klimat lokal meningkat jadi 85 persen setelah diintegrasikan dengan pengetahuan tradisional. 

BACA JUGA:Petani Sayuran dan Bunga Krisan Keluhkan Syarat Rumit Tebus Pupuk Subsidi

BACA JUGA:Petani Kota Masa Depan: Sampun Ajak Pemuda Bangun Kedaulatan Pangan

”Mbah Google memang pintar, tetapi Mbah Karyo lebih tahu kondisi lokal,” gurau mereka. Kolaborasi itu menciptakan model mentorship yang unik. Petani senior menjadi ”guardian of wisdom” yang mewariskan pengetahuan turun-temurun. 

Petani muda menjadi ”tech translator” yang mengubah wisdom tersebut menjadi data dan sistem yang bisa direplikasi. Keduanya saling membutuhkan, saling melengkapi.

MENTORSHIP: JEMBATAN ANTARA CANGKUL DAN CLOUD

Model mentorship lintas generasi ternyata menjadi kunci sukses adopsi teknologi pertanian di berbagai daerah. Di Banyuwangi, program ”Petani Muda Mitra Petani Sepuh” berhasil meningkatkan produktivitas hingga 30 persen. 

BACA JUGA:Pertanian Pintar Hadir di Desa Tawangsari: Kolaborasi Mahasiswa Universitas Brawijaya dan Petani Lokal

BACA JUGA:Prabowo Hapus Utang Macet UMKM, Sasar Petani dan Nelayan

Kategori :