Dari cerita Irsyad, mungkin Kece sengaja menunda pembayaran karena sudah dua kali begitu, mungkin juga tidak sengaja. Tapi, jelas ia tipe sangat pemarah. Emosinya meledak hanya untuk Rp30 ribu.
Marah terjadi pada semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kemarahan Kece tidak logis. Mengapa bisa begitu?
Dikutip dari The Guardian, 12 Mei 2019, berjudul Science of anger: how gender, age and personality shape this emotion, karya Hannah Devlin, diungkap analisis ilmiah tentang kemarahan.
BACA JUGA:Begal Nyaris Mbacok, lalu Dor...
BACA JUGA:Suami Bacok Anak-Istri di Depok dalam Teori Konflik
Disebutkan, kemarahan salah satu emosi paling primitif manusia. Sudah ada sejak manusia purba. Itu juga ada pada hewan.
Kemarahan beroperasi di otak. Mulai frustrasi ringan hingga kemarahan meluap. Intensitas bergantung motif, juga sangat personal. Setiap orang berbeda reaksi. Motif yang sama pada orang berbeda, reaksi tindakan beda.
Semua manusia setiap menghadapi situasi tertentu selalu mempertimbangkan harapannya. Ia punya harapan dalam setiap situasi.
Contoh, di kasus Bekasi, Isryad berharap agar pembayaran kontan. Atau QRIS, transfer real time. Tujuannya, ia tidak menalangi pembayaran jika transfer tertunda. Sebaliknya, Kece berharap transfer biasa. Tujuannya belum tahu karena ia kabur.
BACA JUGA:Bacokan buat Mantan
The Guardian: Ketika ada ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, organ kecil di otak bernama amigdala, menyerap hal itu, menghasilkan rasa kecewa.
Amigdala adalah bagian dari otak. Bentuknya sebesar, dan mirip, kacang almon. Fungsinya sebagai pemancar sirkuit penghargaan.
Ketika amigdala menyalakan alarm ”kecewa”, direaksi oleh bagian lain di otak. Hasilnya, kelenjar adrenal membanjiri tubuh dengan hormon stres. Kesal. Selanjutnya, otak memerintahkan dua pilihan: lawan atau abaikan.
Sampai di situ orang belum bereaksi secara fisik. Keputusan pilihan (lawan atau abaikan) ditentukan oleh korteks frontal orbital di otak. Jelasnya, korteks frontal orbital adalah juri. Penentu pilihan. Pada masyarakat awam disebut penalaran.
Jika seandainya korteks itu memutuskan, lawan… di sinilah sinyal dikirim ke seluruh tubuh.
Bentuknya beragam. Bisa berbicara kencang, mata melotot, atau memaki, atau membanting barang di dekatnya, atau menyerang orang yang membuatnya kecewa. Serangannya bisa kata-kata, bisa fisik. Beragam.