Kritik Industri Umrah sebagai Jalan Perbaikan

Sabtu 04-10-2025,08:33 WIB
Oleh: Ulul Albab*

Masih ada biro yang nakal, memungut biaya dari fitur yang seharusnya gratis. Masih ada pemilik yang mengutamakan citra pribadi ketimbang membangun ekosistem.

Namun, bukankah justru di situlah peluang perbaikan? Kalau asosiasi PPIU dan pemerintah bisa memperbaiki tata kelola, industri ini bisa jadi mesin pertumbuhan UMKM.

Bayangkan, jika ada regulasi yang mewajibkan biro membeli koper dari UMKM lokal. Atau, seragam jamaah harus dipesan dari penjahit kecil di daerah. Atau, katering halal harus melibatkan usaha rumahan. Bukan mustahil, industri umrah bisa jadi penggerak ekonomi rakyat.

BACA JUGA:The Other Side of Umrah (7): Jalur Alternatif ke Raudhah

BACA JUGA:The Other Side of Umrah (8): Jamaah-Jamaah Lansia yang Luar Biasa

MEMBALIK KRITIK MENJADI PELUANG

Industri ini punya satu keunikan, yaitu, berangkat dari niat ibadah. Maka, seharusnya, orientasinya tidak sekadar mengejar margin, tetapi juga kemaslahatan. Saya sering menyebutnya dengan istilah ”berkhidmat untuk umat”. 

Jadi, kalau dikelola dengan jujur dan profesional, umrah bisa jadi ekosistem yang menghubungkan jamaah, biro, UMKM, dan negara.

Pemerintah bisa ikut memfasilitasi. Misalnya, memberikan insentif pajak bagi biro yang terbukti memberdayakan UMKM. Bisa juga membuat sistem monitoring yang transparan agar praktik nakal bisa ditekan.

BACA JUGA:The Other Side of Umrah (9): Bertemu Guru Idola di Tanah Suci

BACA JUGA:The Other Side of Umrah (10): Berempati pada Jamaah Backpacker

Di sisi lain, asosiasi juga harus berbenah. Jangan diam ketika ada anggotanya yang pamer kemewahan atau mengutip biaya dari fitur gratis. Tugas asosiasi tidak hanya melobi regulasi, tetapi juga menjaga etika dan integritas anggotanya.

Jadi, apakah benar industri umrah tidak berkontribusi yterhadap UMKM? Tidak sepenuhnya benar. Yang benar adalah kontribusinya memang belum optimal. Masih ada banyak kebocoran dan potensi yang terlewat.

Namun, menutup mata terhadap peluang besar yang ada juga keliru. Dengan lebih dari 1 juta jamaah per tahun dan perputaran dana Rp40 triliun, umrah bukan bisnis kecil-kecilan. Ia bisa jadi motor pertumbuhan ekonomi rakyat jika dikelola dengan benar.

BACA JUGA:The Other Side of Umrah (11-Habis): Ujian Pasca Menunaikan Ibadah Umrah

Dengan demikian, kritik keras tersebut mari kita jadikan alarm untuk berbenah. Industri umrah bisa lebih dari sekadar bisnis keluarga. Ia bisa menjadi ekosistem yang memberikan manfaat bagi UMKM, ekonomi daerah, bahkan ekonomi nasional. (*)

Kategori :