Setelah massa mulai bubar, poster dilipat, dan bendera diturunkan, pesan mereka tidak hilang. Ia tetap tinggal di udara Perth yang jernih, tertanam di benak saya: kemanusiaan adalah bahasa universal. Dan, selama kita masih mau berbicara dengan bahasa itu, dunia belum sepenuhnya gelap.
Saya melihat bocah bule tadi melambaikan tangannya, tersenyum polos di antara orang-orang dewasa yang perlahan pergi. Dalam senyumnya, ada sesuatu yang saya pahami tanpa kata: harapan.
Barangkali dunia memang tidak bisa berubah seketika. Tapi, setiap langkah kecil menuju kemanusiaan –seperti ribuan langkah di Perth hari ini– adalah bagian dari perjuangan yang lebih besar. Perjuangan agar kita tidak kehilangan hati.
Dan, di tengah semua kebisingan, politik, dan propaganda, mungkin inilah satu-satunya hal yang masih bisa menyelamatkan kita: kemampuan untuk merasakan penderitaan orang lain dan keberanian untuk tidak diam.
Karena kemanusiaan –selalu dan akan selalu– di atas segalanya. (*)
*) Muhammad Ali Affandi L.N.M. adalah ketua Kadin Surabaya.