Pada laman resminya, Kemdikbud menuliskan bahwa lurik sering digunakan dalam upacara adat. Namun, lurik juga sering digunakan sehari-hari.
Lurik dipercaya membawa kesederhanaan, kejujuran, dan ketenangan batin bagi pemakainya.
BACA JUGA: Batik Gedog Tuban Selangkah Lagi Menuju Pengakuan Indikasi Geografis Nasional
BACA JUGA: 4 Ide Outfit Kekinian untuk Rayakan Hari Kebudayaan Nasional 2025
Kain tradisional Indonesia bukan hanya indah dipandang, tetapi juga sarat makna dan nilai kehidupan.
Setiap proses pembuatannya mengajarkan ketekunan, kesabaran, dan rasa syukur. Proses itu mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan budaya.
Dulu digunakan dalam berbagai upacara adat dan ritual sakral, kini kain seperti batik, tenun, dan lurik tetap hadir dalam kehidupan modern melalui busana dan karya desain.
Kain tradisional menjadi simbol identitas dan jati diri bangsa, sekaligus pengingat bahwa kemajuan tak harus melupakan akar budaya sendiri.
BACA JUGA: Lebih Dari Sekadar Tradisi, Begini Cara Seru Rayakan Hari Kebudayaan Nasional 2025
BACA JUGA: Hari Batik Nasional 2025, Gubernur Khofifah Ajak Generasi Muda Jadikan Batik Simbol Gaya Berbudaya
Saat ini, banyak desainer lokal yang memodifikasi batik, tenun, dan lurik menjadi busana kekinian. Misalnya, kebaya modern, outer batik, hingga tas tenun.
Tren ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan inovasi dan kreativitas anak bangsa.
Sudah saatnya kita bangga pada budaya sendiri. Mengenakan batik, tenun, atau lurik bukan sekadar soal gaya, tetapi juga wujud cinta dan penghargaan terhadap warisan leluhur yang menjadi identitas bangsa Indonesia. (*)
*) Mahasiswa Magang dari Prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya