Karena itu, hilangnya perhiasan dari galeri tersebut menjadi pukulan berat bagi dunia kebudayaan Prancis.
Seorang saksi mata bernama Kaci Benedetti menulis di platform X. Ia menceritakan sempat terjadi kepanikan di dalam museum saat polisi datang.
Pengunjung berjalan melalui galeri Apollo di Museum Louvre setelah renovasi, dalam foto arsip 23 November 2004 yang diambil di Paris.-Remy de la Mauviniere-AP
“Orang-orang berlarian ke arah pintu keluar. Banyak yang tidak tahu apa yang terjadi. Hanya mendengar ada kaca pecah dan alarm berbunyi,” tulisnya.
Kasus pencurian itu menambah daftar panjang insiden serupa di Louvre. Peristiwa paling terkenal terjadi pada tahun 1911. Yakni ketika lukisan Mona Lisa dicuri oleh Vincenzo Peruggia, mantan pegawai museum.
BACA JUGA:Tanjung Perak Jazz 2025, Jazz di Atas Tank dan Irama Sejarah di Museum TNI AL
Saat itu, Peruggia bersembunyi di dalam gedung. Lalu membawa karya itu keluar dengan menyembunyikannya di balik jas.
Lukisan legendaris karya Leonardo da Vinci itu baru ditemukan dua tahun kemudian di Florence, Italia.
Pada 1983, dua baju zirah era Renaisans juga sempat dicuri dari Louvre. Baru berhasil ditemukan kembali hampir empat dekade kemudian.
Selain itu, koleksi museum tersebut masih memunculkan perdebatan tentang asal-usul sebagian karya yang didapat melalui penjarahan di masa Napoleon.
BACA JUGA:Tanjung Perak Jazz 2025 Segera Hadir, Jazzno Suroboyo di Museum TNI AL Surabaya
Kini, penyelidikan besar-besaran tengah dilakukan oleh kepolisian Prancis dengan dukungan tim forensik nasional.
Inventarisasi detail barang yang hilang sedang disusun. “Nilai sejarah dari perhiasan yang dicuri tidak dapat diukur dengan uang,” tegas Nuñez.
Museum Louvre, yang menampung lebih dari 33 ribu karya dari peradaban Mesopotamia hingga Eropa klasik, selama ini menjadi simbol warisan budaya dunia.