Didirikan sekitar tahun 1852 oleh KH Muhammad Nur, Pondok Pesantren Langitan dikenal luas karena keteguhannya dalam menjaga tradisi keilmuan Islam klasik.
BACA JUGA:Transformasi Kemandirian Ekonomi Pesantren
BACA JUGA:Kemenag Terbitkan Panduan Makan Gratis di Pesantren: Sebelum Makam Wajib Berdoa dan Ambil Wudhu
Santri di Langitan dibina untuk memiliki akhlak mulia, keilmuan mendalam, dan kecakapan berdakwah. Selain kegiatan belajar, Langitan juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan dakwah masyarakat.
Kegiatan keagamaan seperti pengajian umum dan khataman kitab rutin digelar. Menandakan pesantren tersebut bukan hanya tempat menuntut ilmu. Tetapi juga pusat kehidupan spiritual masyarakat sekitar.
Keberadaan pesantren di Indonesia tidak hanya menjadi bagian dari sistem pendidikan. Tetapi juga penjaga moralitas bangsa.
Di tengah arus globalisasi yang semakin kuat, pesantren membuktikan bahwa tradisi bisa berjalan berdampingan dengan kemajuan.
BACA JUGA:Apakah Pesantren Masih Punya Tempat di Hati Generasi Alpha?
BACA JUGA:Spirit Seni Pertunjukan dalam Apel Tahunan Pesantren Al Amien Prenduan
Dari Gontor yang modern hingga Sidogiri yang salaf, semuanya berkontribusi menjaga akar budaya dan nilai-nilai Islam Nusantara.
Sebagaimana diungkapkan oleh Kementerian Agama RI (2024). Bahwa pesantren kini diakui sebagai lembaga pendidikan formal dengan kontribusi besar terhadap pembangunan karakter bangsa.
Dengan jumlah lebih dari 36 ribu pesantren di Indonesia, peran santri dan pesantren akan terus relevan dalam membentuk generasi berilmu dan berakhlak. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Airlangga.