Pelaku-Korban Pembunuhan di Siak Sama-Sama Pemabuk: Motifnya soal Hot Spot

Sabtu 01-11-2025,15:52 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Caldicott berpendapat serupa dengan Heinz.

Caldicott: ”Saya pikir kenyataannya adalah tipe orang yang memukul orang lain (ketika mabuk) adalah tipe orang yang akan memukul orang lain (ketika sadar).”

Menurutnya, orang yang gampang bertindak kekerasan terhadap orang lain adalah jenis orang yang kontrol amarahnya buruk jika dibandingkan dengan orang pada umumnya. Ia juga kurang berempati terhadap orang lain.

Kontrol amarah yang buruk dan kurang (atau tanpa) empati bakal diperparah jika orang tersebut mabuk. Dari segi gender, jumlah pria lebih banyak daripada wanita.   

Namun, mengapa alkohol jadi pemicu tindak kekerasan terhadap orang yang pada dasarnya sudah kurang berempati?

Heinz menyatakan, salah satu cara mengukur efek alkohol pada fungsi otak adalah mengamati bagaimana orang menggunakan sistem eksekutif pada otak. 

Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan penalaran adalah tugas-tugas yang dikendalikan oleh sistem eksekutif pada otak. 

Heinz menyebutkan, sistem eksekutif adalah pusat komando otak. Organ itu yang memberi tahu Anda kapan harus berhenti, memikirkan konsekuensi suatu tindakan, dan mengarahkan diri Anda menuju hasil jangka panjang yang lebih baik.

Namun, ketika kita (siapa pun) minum alkohol, kendali eksekutif bakal melemah. Dengan demikian, kita lebih sulit merefleksikan perilaku dan mengatur diri sendiri. Akibatnya, masalah yang sangat sepele pun bisa menjadi motif pembunuhan.

Kurangnya kendali eksekutif juga membantu ilmuwan menjelaskan, mengapa remaja dan dewasa muda begitu sering menjadi pelaku kekerasan saat mabuk. 

Telah terbukti bahwa otak manusia terus berkembang hingga usia 20-an. Salah satu bagian otak terakhir yang berkembang adalah lobus prefrontal. Itu area yang bertanggung jawab mengendalikan impuls melalui kendali eksekutif.

Pecandu alkohol mengalami ”benturan ganda” dalam hal kendali eksekutif, menurut Heinz. Setiap kali mereka mengonsumsi alkohol, fungsi eksekutif mereka terganggu akibat alkohol dalam tubuh mereka. 

Konsumsi alkohol yang terus-menerus mengakibatkan fungsi eksekutif memburuk, bahkan ketika mereka tidak lagi minum alkohol. Efek buruk itu bertahan hingga sekitar setahun setelah mereka berhenti minum alkohol.

Studi pada tikus menunjukkan hasil yang sama dengan pada manusia. Yakni, hanya sebagian kecil individu tikus yang menjadi agresif saat mabuk. 

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa tikus dengan kadar serotonin, zat kimia pemberi sinyal di otak, yang lebih rendah, dan kadar dopamin yang lebih tinggi lebih cenderung bersikap agresif saat diberi alkohol.

Di kasus Ikhsan, tampak dua indikator yang menunjukkan bahwa ia orang yang sedikit atau tanpa empati. Pertama, ia memaksa istrinya berhubungan seks dengan korban. Kedua, ia melawan saat hendak ditangkap polisi. Tanda, ia agresor yang kurang berempati.

Kategori :