Pasar Malam Asia, Holding Company Warisan Leluhur

Senin 03-11-2025,21:30 WIB
Oleh: Teddy Afriansyah*

ASAP SATE yang mengepul membawa aroma khas ke udara dingin Eropa. Wangi bawang goreng dan rempah-rempah yang tajam mampu menciptakan sebuah kapsul waktu di dalam sebuah hanggar pesawat di pinggiran kota Belanda. Fenomena tersebut bukan sekadar festival kuliner biasa. 

Lebih dari itu, Pasar Malam Asia merupakan sebuah entitas yang paling tepat digambarkan sebagai perseroan induk atau holding company yang mengelola aset tidak ternilai sebagai warisan leluhur. 

Perusahaan tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek, tetapi valuasinya diukur dari degup jantung para diaspora yang merasakan kembali denyut kampung halaman. Para pemegang sahamnya bukanlah investor bermodal besar, melainkan komunitas yang menitipkan identitas. 

BACA JUGA:Rayakan Kemerdekaan, ARTOTEL TS Suites Surabaya Hadirkan Pasar Malam Kekinian Dukung UMKM Lokal

BACA JUGA:Pasar Malam Darmo di Mercure Surabaya Grand Mirama, Menikmati Cita Rasa Jalanan di Jantung Surabaya

Dividen yang dibagikan bukanlah uang tunai, melainkan kepuasan batin dan penguatan akar budaya. Aset utamanya bukan properti atau mesin, melainkan memori kolektif yang dikemas ulang menjadi pengalaman nyata yang bisa disentuh dan dirasakan.

ASET TAK BERWUJUD BERNAMA NOSTALGIA

Sebuah holding company yang sukses memahami betul nilai aset yang dikelolanya. Dalam konteks Pasar Malam Asia, aset terbesarnya bersifat tidak berwujud (intangible), yaitu nostalgia. 

Kerinduan akan suasana, rasa, dan aroma tanah air merupakan modal utama yang menggerakkan seluruh ekosistem tersebut. Setiap sudut pasar malam dirancang cermat sebagai sebuah produk yang membangkitkan kenangan. 

BACA JUGA:Pasar Malam HUT ke-2 The Southern Hotel Surabaya, Usung Semangat Growing Twogether

BACA JUGA:Ludruk Luntas Marakkan Pasar Malam Tjap Toendjoengan dengan Lakon Jas Riyoyo

Aroma rujak cingur bukan lagi sekadar wangi makanan, melainkan pemicu memori tentang sore hari di Surabaya. Deretan botol minyak kayu putih dan balsam bukan lagi barang dagangan, melainkan artefak yang mengingatkan pada sentuhan hangat seorang ibu. 

Transaksi yang terjadi melampaui pertukaran euro dengan barang. Ketika seseorang membeli tempe mendoan seharga beberapa euro, sesungguhnya yang sedang dibeli adalah kehangatan memori masa kecil sebagai sebuah ilusi sekejap yang terasa begitu nyata.

Para pengunjung yang datang tidak hanya membeli barang atau makanan. Sesungguhnya, pengunjung sedang berinvestasi pada perasaan. Tiket masuk seharga beberapa euro bukanlah biaya, melainkan harga sebuah tiket perjalanan pulang tanpa perlu menempuh penerbangan ribuan kilometer. 

BACA JUGA:Anti Bingung! 6 Rekomendasi Jajanan Viral dan Enak di Pasar Malam Kodam Brawijaya

Kategori :