Tak heran jika kawasan itu kini dijuluki sebagai “pabrik impian” bagi para penggemar mode tradisional Tiongkok. Sekaligus menambah warna baru dalam peta wisata budaya ibu kota.
Dilansir China Daily, Yu Qian, Ketua China Tourist Attractions Association, menjelaskan bahwa tren itu bukan sekadar gaya hidup sementara.
BACA JUGA:Bagua Zhang, Filosofi Seni Bela Diri dari Tiongkok yang Mengalir Seperti Naga
BACA JUGA:Ragam Perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur di Asia
“Tren riasan dan busana gege tidak hanya mendorong pertumbuhan jasa terkait seperti tata rias dan fotografi. Tetapi juga memberikan pengalaman mendalam bagi generasi muda untuk merasakan identitas budaya mereka melalui peran dan cerita masa lalu,” ujarnya.
Namun, di balik maraknya tren tersebut, sejumlah pengunjung juga menyampaikan berbagai keluhan. Beberapa di antaranya menyoroti pengalaman layanan yang kurang memuaskan. Serta proses konsumsi yang tidak transparan.
Keluhan paling umum berkaitan dengan prosedur riasan yang tidak standar, alat rias yang digunakan bersama hingga menyebabkan alergi kulit. Juga hasil fotografi yang kurang profesional, serta adanya biaya tersembunyi atau perangkap konsumsi.
Ketiadaan regulasi baku di sektor itu turut memperbesar risiko ketidakpuasan pelanggan. Banyak studio beroperasi tanpa pengawasan ketat. Sementara permintaan yang terus meningkat membuat kualitas layanan sulit dikendalikan secara konsisten.
BACA JUGA:Legenda di Balik Festival Pertengahan Musim Gugur dan Kue Bulan
BACA JUGA:Naga Api Sepanjang 67 Meter Ramaikan Festival Tarian Naga Api Tai Hang 2025 di Hong Kong
Selain itu, sejak Juni 2023, aktivitas fotografi komersial di beberapa lokasi wisata utama seperti Forbidden City resmi dihentikan. Kebijakan itu membuat sejumlah agensi fotografi komersial beralih ke lokasi wisata lain yang lebih terbuka.
Meski demikian, para ahli menilai bahwa tren “putri Tiongkok” ini tetap memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Sebagai bagian dari wisata budaya berkelanjutan.
Dua anak muda berkacamata hitam dan berdandan ala Putri Tiongkok melakukan siaran langsung dengan ponsel mereka di kawasan Forbidden City, Beijing.-Cui Jun-China Daily
“Wisatawan bersedia membayar untuk pengalaman budaya yang autentik. Karena itu, situs-situs wisata perlu menyediakan pengetahuan dan layanan yang sesuai,” tegas Yu Qian.
Menurutnya, jika pengelolaan dan desain wisata budaya dilakukan dengan baik, pengalaman seperti makeover ala gege dapat berubah.
BACA JUGA:Sebeiba, Tari Damai yang Eksis selama Ribuan Tahun dari Djanet, Aljazair