HARIAN DISWAY - Kus Sentono Halim terus menempa diri untuk menjadi pribadi yang never stop learning, tak pernah berhenti belajar. Sebab, direktur PT BPR Chandra Muktiartha tersebut yakin, hidup akan selalu memberi pelajaran yang tak ternilai harganya.
Ya, sebagaimana yang Zhang Dai 张岱 (1597-1684), esais-cum-sejarawan era dinasti Ming, pernah tanyakan secara retoris, “Lautan ilmu tak ada tepinya, buku-buku tak terbatas jumlahnya, lalu bagaimana mungkin buku kehidupan bisa selesai dibaca semua? (学海无边，书囊无底。世间书怎读得尽)?”
Barangkali itulah alasan pepatah Tiongkok mengajarkan kita untuk senantiasa mencamkan bahwa, “学无止境” (xué wú zhǐ jìng): tak ada kata usai dalam menyelami samudra pengetahuan.
Masyarakat Arab juga mempunyai petuah serupa, yang sering dinisbahkan sebagai sabda Rasul, “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian ibu hingga ke liang lahat (utlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi).”
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Elena Hendropurnomo, Siswi SMA Katolik St. Louis 1 Surabaya: Zhi Zu Zhi Jie
Falsafah Barat pun menyeru kita untuk melakukan lifelong learning. Aristoteles, misalnya, memandang belajar sebagai jalan menuju eudaimonia: kehidupan yang baik dan bermakna.
Baginya, manusia diciptakan untuk berpikir, dan kemampuan berpikir hanya dapat berkembang melalui proses belajar tanpa henti.
Namun, belajar saja tidaklah cukup; mesti dibarengi dengan berpikir. Pasalnya, Konfusius mengingatkan, “Belajar tanpa berpikir itu sia-sia, berpikir tanpa belajar itu berbahaya (学而不思则罔，思而不学则殆).” (*)