Meski begitu ia mengungkap bahwa bahan kimianya saja yang berbeda. Tapi cara kerjanya serupa otak manusia.
Pentingnya Neuron Buatan
Bayangkan jika komputer bisa belajar seperti anak kecil. Seorang balita hanya butuh melihat beberapa contoh tulisan tangan untuk mengenali angka 3 atau 5. Tapi komputer konvensional butuh ribuan contoh dan energi yang besar untuk melakukan itu.
BACA JUGA:Riset Terbaru Perkenalkan Blueprint AI Multimodal untuk Aplikasi Dunia Nyata
BACA JUGA:Elon Musk Sebut xAI Siapkan Gim Bertenaga AI untuk 2026, Gabungkan Dunia Nyata dan Virtual
Neuron buatan tersebut membuka jalan menuju sistem yang bisa belajar cepat, efisien, dan adaptif seperti otak manusia.
Yang menyebutnya sebagai langkah menuju hardware-based learning atau pembelajaran berbasis perangkat keras.
“Otak belajar dengan memindahkan ion antar-membran. Kini, kita bisa menirunya dalam perangkat buatan,” katanya.
Dalam istilah sains, itulah yang disebut wetware. Yakni gabungan antara perangkat keras dan prinsip biologis.
BACA JUGA:Microsoft Luncurkan MAI-Image-1, Model AI Buatan Sendiri untuk Gambar Fotorealistik
Lebih jauh lagi, efisiensinya luar biasa. Otak manusia hanya butuh 20 watt untuk berpikir dan belajar. Sedangkan super komputer modern memerlukan daya hingga ber-megawatt listrik. Dengan desain memristor itu, efisiensi tersebut mungkin bisa mendekati kemampuan otak.
Menuju Kecerdasan Buatan Sejati
Namun, perjalanannya masih panjang. Salah satu tantangan utama adalah bahan yang digunakan. Yakni ion perak.
Kata Yang, ion itu tak cocok dengan metaterial chip sekarang. Bahkan bisa menyebabkan kerusakan pada mesin.
Maka, timnya kini sedang meneliti bahan alternatif yang bisa menawarkan fungsi serupa. Tetapi lebih ramah produksi.
BACA JUGA:Comet AI, Browser AI Perplexity yang Lebih dari Sekadar Mesin Pencari
BACA JUGA:Sora 2, Revolusi Video AI yang Mampu Hidupkan Video dengan Detail Menakjubkan