SHANGHAI, HARIAN DISWAY - Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang memproyeksikan ekonomi negaranya akan menembus 170 triliun yuan atau sekitar 23,8 triliun dolar AS pada 2030. Artinya, itu adalah penegasan keyakinan Beijing bahwa pasar domestik masih menjadi mesin pertumbuhan dunia. Meskipun, proteksionisme global meningkat.
Li mengatakan itu saat membuka China International Import Expo (CIIE) ke-8 di Shanghai, Rabu, 5 November 2025. Li juga menyindir kebijakan tarif dan hambatan dagang sepihak yang selama dua tahun terakhir memicu ketegangan global.
Ia tidak menyebut nama negara. Tapi, pasti arah kritiknya jelas tertuju pada Amerika Serikat.
“Berbagai tarif dan tindakan unilateralis telah secara serius merusak tatanan ekonomi internasional. Mengganggu operasi normal banyak perusahaan,” ujarnya.
BACA JUGA:Disway Business Adventurer to Shanghai-Hangzhou (3): Dari Tangis Menjadi Wahaha
“Dalam lima tahun, ekonomi Tiongkok akan melebihi 170 triliun yuan. Itu akan memberikan kontribusi baru dan penting bagi pertumbuhan ekonomi global,” tandas Li di depan ratusan diplomat dan pemimpin perusahaan sejagat itu.
Pidato Li disampaikan hanya beberapa hari setelah Presiden Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump mencapai kesepakatan gencatan dagang di Seoul. Anda sudah tahu, Xi dan Trump tidak pernah bertemu sejak 2019. Tetapi, pada 30 Oktober 2025 di Busan, Korea Selatan, kedua pemimpin negara besar tersebut berjumpa.
Washington berjanji mengurangi sebagian tarif dan menunda pembatasan ekspor. Sementara Beijing menghentikan pembatasan baru atas ekspor mineral langka serta melanjutkan pembelian kedelai Amerika.
Ketegangan yang sempat memanas itu mulai mereda. Memunculkan optimisme baru di antara pelaku pasar.
PERDANA MENTERI TIONGKOK Li Qiang ketika menjadi pembicara kunci dalam pembukaan China International Import Expo (CIIE) di Shanghai, 5 November 2025.-HECTOR RETAMAL-AFP-
Li menegaskan bahwa di tengah ketidakpastian global, Tiongkok menawarkan “kepastian ganda.” Yakni, kepastian pembangunan dan kepastian keterbukaan.
“Kami akan terus memprioritaskan pembangunan berkualitas tinggi, memperluas permintaan domestik, dan membuka pasar secara lebih luas,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa reformasi terhadap sistem perdagangan global harus dibuat lebih transparan dan adil. Terutama bagi negara berkembang.
Ekonomi Tiongkok sendiri diproyeksikan menembus 140 triliun yuan tahun ini. Pertumbuhan rata-rata ditarget 4,17 persen dalam lima tahun ke depan. Target 2030 itu sejalan dengan rancangan Rencana Lima Tahun baru yang sedang digodok Beijing.
CIIE sendiri diluncurkan oleh Presiden Xi pada 2018 untuk menegaskan komitmen Tiongkok terhadap perdagangan bebas dan keterbukaan. Namun, sebagian pengamat menilai kontribusi Tiongkok terhadap permintaan global masih lemah karena impor tumbuh lambat dibanding ekspornya.