“Kisah Atikah menyadarkan kita bahwa hak perempuan untuk merasa aman masih sering diabaikan. Saya ingin pesan itu benar-benar sampai ke penonton,” tuturnya.
Secara simbolik, kisah Atikah menggambarkan bagaimana kekuasaan sering disalahgunakan. Hingga perempuan menjadi korban pelecehan dan kekerasan.
BACA JUGA:Kritik Fenomena Konsumerisme, Teater Gapus Garap Manufaktur Anatomi Kera
Adegan penyiksaan yang ditampilkan adalah cermin dari realitas yang masih dialami banyak perempuan di dunia nyata.
Salah seorang penonton, Dimas Adi Mulyo, menyebut dirinya tersentuh setelah menyaksikan monolog tersebut.
“Sebagai laki-laki, saya melihat betapa rentannya perempuan diperlakukan tidak adil. Hanya karena dianggap lebih lemah. Padahal, perempuan seharusnya dihormati dan diperlakukan setara,” ujarnya.
Melalui JIPTA 2025, Teater Gapus dan para panitia berhasil menghadirkan panggung yang membuka mata publik. Yakni terhadap pentingnya menghargai perempuan.
BACA JUGA:Kelas Penulisan Prosa dan Puisi Teater Gapus Hadirkan Penyair dan Prosais Top
BACA JUGA:Angon Angin, Saat Jiwa dan Tubuh Menyatu di Panggung Parade Teater Jatim 2025
Seni pertunjukan menjadi medium yang kuat untuk menyuarakan keadilan, menggugah empati, serta mengingatkan bahwa keberadaan perempuan bukan untuk direndahkan. Melainkan untuk dihormati dan diperlakukan setara. (*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Airlangga.