HARIAN DISWAY - Seorang sopir taksi di Guangzhou tiba-tiba terdiam. Di hadapannya, Zhao Qiubao. Ia merupakan seorang pria tunanetra.
Zhao menunjukkan bagaimana ia memesan dan menyelesaikan perjalanan hanya dengan bantuan ponsel dan kecerdasan buatan (AI).
Momen singkat itu membuka mata sang sopir terhadap cara pandang baru tentang kehidupan penyandang disabilitas penglihatan.
Bagi Zhao, interaksi seperti itu sudah menjadi bagian dari kesehariannya. Pria berusia 43 tahun itu dulu merupakan manajer menengah di sebuah perusahaan milik negara.
BACA JUGA:Wine Terroir & Culture Biennale di Ningxia, Tiongkok, Rayakan Paduan Seni dan Anggur
BACA JUGA:Putri Tiongkok, Tren Baru Wisata Budaya di Beijing
Namun, hidupnya berubah drastis pada 2017. Ia kehilangan penglihatan akibat retinitis pigmentosa, penyakit mata degeneratif. Penyakit itu secara perlahan menghapus kemampuan penglihatannya.
Kini, ditemani anjing penuntunnya bernama Alpha dan dukungan teknologi modern, Zhao menjalani petualangan pribadi bertajuk “Walking through China” (Xingzou Zhongguo).
Zhao Qiubao dan anjing pemandunya Alpha. Keduanya sedang menikmati sunset di Hainan.-China Daily-
Itu merupakan sebuah perjalanan melintasi berbagai kota di Tiongkok. Demi merasakan kembali dunia yang tak lagi bisa ia lihat.
Ia mendokumentasikan pengalamannya: naik kereta bawah tanah, menginap di hotel, hingga berjalan di jalanan asing di kota-kota baru.
BACA JUGA:Mengenal Makna di Balik Chongyang Festival, Keberkahan dalam Double Ninth
BACA JUGA:Teknologi Digital Hidupkan Kembali Tembok Kota Kuno Xi’an di Tiongkok
Semua ia bagikan melalui video pendek di platform Douyin (setara TikTok versi Tiongkok), yang kini telah menarik lebih dari satu juta pengikut.
Perjalanan Zhao untuk “kembali hidup” tidaklah mudah. Saat penglihatannya mulai memudar, bulan-bulan awal dipenuhi rasa mati rasa dan keputusasaan.