Rutinitas sederhana menjadi rintangan besar. Kecemasan membayangi hidupnya. Baik secara pribadi maupun dalam keluarga.
“Yang sulit bukan hanya kehilangan penglihatan. Tapi dinding ketakutan dalam diri yang membuat saya berhenti melangkah,” kenangnya, dilansir China Daily.
BACA JUGA:Wuju Opera, Seni Panggung Klasik yang Bangkitkan Tradisi Tiongkok di Kancah Dunia
Langkah awal perubahan datang dengan cara sederhana. Sekitar enam bulan setelah kehilangan penglihatan, Zhao mengajukan sertifikat disabilitas. Itu menjadi titik awal penerimaan dirinya.
Pada saat bersamaan, ia mulai mempelajari fitur aksesibilitas pada ponsel dan komputer: screen reader, perintah suara, hingga umpan balik getar.
“Teknologi adalah cahaya pertama saya. Sebab dari sana, saya mendapatkan kembali kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Setelah itu, Zhao memutuskan untuk mendaftar program anjing penuntun. Tahun 2019 menjadi momen penting saat Alpha hadir dalam hidupnya.
BACA JUGA:Ragam Perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur di Asia
BACA JUGA:Legenda di Balik Festival Pertengahan Musim Gugur dan Kue Bulan
Anjing berwarna keemasan itu menjadi sahabat sejatinya. Alpha dilatih untuk mengikuti perintah, mengenali lingkungan nyata, dan menemani Zhao dalam perjalanan jauh.
“Ketika saya berjongkok, Alpha akan menjilat wajah saya. Seperti cara anjing saling menyapa,” katanya, kemudian tersenyum.
Ikatan kuat itulah yang memberi Zhao keberanian untuk melangkah lebih jauh. Sejak Maret 2025, ia mulai berkeliling Tiongkok. Untuk merasakan kembalinya semangat hidup. “Air yang mengalir tidak akan membusuk. Dengan bergerak, saya merasa hidup,” ujarnya.
Selama delapan bulan terakhir, Zhao telah mengunjungi 14 kota. Dari Sanya di Provinsi Hainan, Changsha di Hunan, hingga Beijing dan Kunming di Yunnan.
BACA JUGA:Naga Api Sepanjang 67 Meter Ramaikan Festival Tarian Naga Api Tai Hang 2025 di Hong Kong
BACA JUGA:Dimsum Mentai, Inovasi Kuliner Modern yang Satukan Tiongkok dan Jepang