Kasus pembunuhan Moors jadi penegasan warga Inggris soal nasihat DTS. Para korban pembunuhan yang dilakukan Brady dan Hindley dijebak, diajak bicara, kemudian diculik, yang cewek diperkosa Brady dulu sebelum dibunuh. DTS jadi warning keras di sana yang menyebar sedunia.
Keampuhan nasihat DTS terbukti lagi di Inggris setelah pembunuhan balita bernama James Bulger pada 1993. Bulger dibunuh dua pelaku anak yang usianya lebih tua daripada Bulger.
Dikutip dari The Guardian, 6 Februari 2003, berjudul Life after James, diungkapkan kekhawatiran para ortu Inggris sehingga nasihat DTS kian kuat.
Diungkapkan, setelah pembunuhan Bulger, dalam survei yang dilakukan organisasi anak-anak, Kidscape, hasilnya, 97 persen responden menempatkan penculikan sebagai kekhawatiran terbesar para ortu terhadap anak-anak mereka, di atas kecelakaan lalu lintas dan kemungkinan lain.
Sejak era 2000-an nasihat DTS dianggap usang di Inggris, juga di negara-negara lain. Para ilmuwan internasional menganggap nasihat tersebut menghambat perkembangan anak-anak. Membikin anak tidak percaya orang yang belum dikenal.
Dikutip dari BBC, 27 Oktober 2022, berjudul Why talking to strangers can make us smarter, diungkapkan, berbicara dengan orang asing justru membikin orang lebih cerdas. Setidaknya, dapat wawasan baru. DTS sudah menjadi mitos.
Artikel itu dibuka dengan kalimat: Di dunia yang penuh kecurigaan ini, banyak orang enggan berinteraksi dengan orang asing. Padahal, berbicara dengan orang asing dapat membuat kita lebih bijaksana dan bahagia.
Gillian Sandstrom, psikolog dari University of Sussex, Inggris, dan Elizabeth Dunn, psikolog dari University of British Columbia, menerbitkan hasil sebuah eksperimen tentang bicara dengan orang asing.
Eksperimen melibatkan 30 orang dewasa yang ditugaskan selalu tersenyum dan berbicara dengan barista di kedai kopi di Toronto, Kanada. Juga, 30 responden lainnya yang ditugaskan tidak banyak bicara saat masuk kedai kopi.
Sandstrom: ”Orang-orang sangat pesimistis tentang hampir setiap aspek berbicara dengan orang asing. Tetapi, pesimisme tersebut tidak berdasar. Peserta studi yang berinteraksi saat membeli kopi melaporkan merasakan rasa memiliki yang lebih kuat dan suasana hati yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak berbicara dengan orang asing.”
Mengumpulkan keberanian untuk memulai percakapan dengan orang asing, umumnya, terasa sulit. Mengingat, hal itu tidak dilakukan kebanyakan orang. Mungkin juga pengaruh nasihat DTS.
Ilmuwan perilaku Nicholas Epley dan Juliana Schroeder dari Universitas Chicago, AS, meriset dengan meminta para komuter (pelanggan kendaraan angkutan umum) untuk berbicara dengan orang asing di angkutan umum di Chicago, AS. Masyarakat Chicago terkenal sangat irit bicara.
Maka, sebagian besar responden memperkirakan interaksi itu akan berjalan buruk. Sebab, mereka khawatir melanggar norma sosial. Mereka khawatir orang asing itu akan merasa terganggu dan menolak mereka.
Hasilnya tidak seperti kekhawatiran para responden. Justru responden merasa senang bisa bicara dengan orang asing di tempat umum, di kendaraan umum.
Itu di Inggris dan AS. Di Indonesia sekarang, dengan mayoritas rakyat hidup miskin dan kesempatan kerja terbatas serta banyaknya PHK, angka peristiwa kriminal motif ekonomi sangat tinggi. Contohnya kasus pembunuhan Andri. (*)