Menurut Prof. He, itu adalah manifestasi kebijakan besar negara sejak 1950-an.
“Pemerintah Tiongkok menetapkan sistem otonomi daerah etnis untuk menjamin kesetaraan dan mempercepat pembangunan,” tulis Prof. He dalam presentasinya.
BACA JUGA:Pelepasan 250 Mahasiswa ITCC Diiringi Kesenian Khas Dayak dan Peluncuran Kompetisi Bahasa Mandarin
Program itu meliputi dana khusus, subsidi pendidikan, hingga insentif bagi guru.
Di Sichuan, provinsi dengan 14 kelompok etnis minoritas, kebijakan itu diwujudkan dalam pembangunan sekolah baru di daerah pegunungan Yi. “Pendidikan menjadi pintu penyetaraan paling efektif,” kata Prof. He. “Sebab, di situlah kesenjangan sosial dan ekonomi bisa dikoreksi dari akar,” tambahnya.
Anak-anak Zhaomei diajak memahami nilai kerja keras, kemandirian, dan saling tolong lewat kegiatan sehari-hari. Mereka tidak hanya belajar berhitung atau menyanyi, tapi juga bertani kecil, mengenal pasar, dan memahami arti menabung.
Bagi masyarakat Yi, sekolah seperti Zhaomei bukan sekadar lembaga pendidikan, tapi ruang pertemuan antara tradisi dan modernitas. “Kami ingin anak-anak ini mencintai akar budaya mereka,” ujar Pan Yi Ran.
AKTIVITAS LUAR RUANGAN untuk siswa TK. mereka bermain sepeda bersama.-Doan Widhiandono-
Ketika kami berpamitan, anak-anak menyerahkan karya mereka. Saya kebagian lukisan, miniatur bunga kering, hingga boneka kuda dari biji pinus. Sebuah pelajaran kecil tentang memberi, dari lembah sunyi di pegunungan Yi. (*/bersambung)