Fenomena Fatherless Country: Ketika Peran Emosional Ayah Jarang Dibahas di Indonesia

Rabu 12-11-2025,17:00 WIB
Reporter : Wardah Nur Afriliyah*
Editor : Indria Pramuhapsari


SUKA MENYENDIRI dan tidak percaya diri menjadi karakter anak-anak yang tumbuh tanpa keterlibatan ayah. -photocheaper-Istock

Psikolog UGM, Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog., menyampaikan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa keterlibatan ayah seringkali menunjukkan tanda-tanda kurangnya rasa percaya diri, kesulitan mengelola emosi, dan rentan terhadap tekanan sosial.

BACA JUGA: Pentingnya Peran Ayah dalam Pembentukan Karakter Anak

BACA JUGA: Mengenal Perbedaan VOC Parenting vs Positive Parenting

Dalam beberapa penelitian, kehadiran ayah yang suportif terbukti berpengaruh pada kesehatan mental, prestasi akademik, hingga kemampuan sosial anak. 

Lebih jauh lagi, fatherlessness bisa berdampak pada struktur sosial. Generasi yang tumbuh tanpa sosok ayah yang kuat cenderung mengulang pola yang sama ketika mereka dewasa.

Hari Ayah Nasional, Saatnya Mengubah Stigma

Hari Ayah Nasional yang dicetuskan pertama kali pada 2006 oleh Perkumpulan Putra-Putri Pahlawan Indonesia (PPPI) di Surakarta seharusnya menjadi lebih dari sekadar momen simbolik.

Ini adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan kembali peran ayah dalam keluarga modern.

BACA JUGA: Kenali Penyebab dan Bahaya Fatherless, Pelajari Pentingnya Sosok Ayah Bagi Anak

BACA JUGA: Gentle Parenting, 7 Tip Efektif Pola Asuh untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Perilaku Anak


AYAH masa kini punya kesempatan untuk mengubah stigma lama. -WUT789 -Istock

Ayah masa kini punya kesempatan untuk mengubah stigma lama. Kehadiran sederhana seperti menemani anak belajar, mendengarkan cerita mereka sepulang sekolah, atau sekadar makan malam bersama tanpa gawai bisa jadi bentuk keterlibatan kecil yang berharga.

Menjadi ayah bukan hanya soal bekerja keras untuk keluarga, tapi juga hadir secara emosional, seperti menjadi tempat anak berkeluh kesah, berbagi tawa, dan belajar menghadapi dunia.

Dari sinilah Indonesia bisa perlahan lepas dari label fatherless country dan menciptakan generasi baru yang tumbuh dengan kasih sayang seimbang dari dua sosok penting, ibu dan ayah. (*)

*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya

Kategori :