Sektor poultry mendapatkan angin segar dari tren penurunan harga jagung internasional, yang berpengaruh langsung terhadap cost of goods sold (COGS) industri unggas.
Permintaan daging ayam menjelang akhir tahun juga diproyeksikan meningkat. Kondisi ini membuat JPFA menjadi salah satu saham defensif yang menarik untuk swing trading jangka pendek.
BACA JUGA:Saham BRI Menguat ke Rp4.150, Warga Palembang Ramai-Ramai Jadikan Investasi Gaya Hidup
BACA JUGA:Tunggu Vonis Gugatan Saham di PN Surabaya Besok: Hai Jawa Pos, Jangan Nyuap!
3. AMRT (Buy 1.895–1.905 | TP 1.950–1.985 | SL 1.800), Sektor Noncyclical Menguat Paling Solid.
Dengan sektor noncyclical mencatat kenaikan tertinggi kemarin (+1,63%), saham-saham retail modern seperti AMRT mendapatkan sentimen positif.
AMRT juga stabil menghadapi volatilitas pasar dan menjadi incaran dana asing karena fundamental yang defensif. Pola teknikal menunjukkan konsolidasi sehat menjelang potensi breakout.
4. MLPL (Buy 148–151 | TP 154–159 | SL 138), Peluang Rebound Setelah Konsolidasi.
MLPL menjadi kandidat saham mid-cap yang berpeluang rebound karena tekanan jual yang mulai mereda. Pola candlestick menunjukkan indikasi reversal dengan volume yang meningkat pada area support. Cocok untuk trader agresif yang mengejar momentum jangka pendek.
5. MYOR (Buy 2.090–2.120 | TP 2.160–2.210 | SL 1.970), Dilirik Asing dan Stabil di Tengah Ketidakpastian.
MYOR mendapat aliran dana asing seiring menguatnya sektor konsumsi primer. Produk-produk konsumer tetap menjadi pilihan aman di tengah volatilitas global. Secara teknikal, MYOR membentuk higher low yang menandakan tren naik masih terjaga.
BACA JUGA:Kantor HYBE Digeledah, Bang Si Hyuk Diduga Lakukan Praktik Goreng Saham
BACA JUGA:Trump-Jepang Sepakat, Saham Otomotif Meledak
Sentimen Lain: Aksi Korporasi Garuda dan PTPP Bisa Pengaruhi Sektor Terkait
Garuda Indonesia (GIAA) menetapkan nilai private placement menjadi Rp23,67 triliun dengan harga pelaksanaan Rp75 per saham. Nilai itu lebih rendah dari rencana awal Rp30,72 triliun.
Dana tersebut akan digunakan untuk modal kerja (37%) termasuk perawatan armada, dukungan operasional Citilink Rp14,90 triliun, dan pelunasan utang bahan bakar ke Pertamina Rp3,70 triliun.
Aksi korporasi ini bisa menjadi sentimen bagi saham-saham aviasi, tetapi untuk GIAA sendiri trader harus berhati-hati karena volatilitas akan tinggi menjelang realisasi private placement.