Pelaksanaan TKA berbasis komputer (CBT) juga merupakan kemajuan signifikan dalam hal efisiensi dan akurasi. Dengan sistem komputerisasi, hasil tes dapat diproses lebih cepat dan transparan.
Data yang terkumpul dari TKA tidak hanya bermanfaat bagi siswa individual, tetapi juga menyediakan informasi strategis bagi Kementerian Pendidikan untuk memetakan mutu pendidikan antarwilayah, mengidentifikasi kesenjangan, dan merumuskan intervensi yang tepat sasaran.
Pelaksanaan TKA didukung infrastruktur yang solid dan sistem pengawasan yang ketat. Dengan melibatkan lebih dari 50 ribu pengawas, 1.710 penyelia dari perguruan tinggi, dan lebih dari 60 ribu proktor, pemerintah menunjukkan keseriusannya dalam memastikan integritas pelaksanaan tes.
Kepala BSKAP Kemendikdasmen Toni Toharudin menegaskan komitmen untuk tidak menoleransi segala bentuk kecurangan, dengan melibatkan inspektorat jenderal dalam pengawasan.
Transparansi juga dijaga melalui ketersediaan informasi yang komprehensif di berbagai kanal resmi. Masyarakat dapat mengakses Permendikdasmen Nomor 9 Tahun 2025 melalui laman JDIH Kemendikdasmen, sementara informasi operasional tersedia melalui Ruang Murid, media sosial, webinar komunitas belajar, dan kanal komunikasi lainnya.
Keterbukaan informasi tersebut penting untuk membangun kepercayaan publik dan memastikan bahwa semua pemangku kepentingan memahami tujuan, mekanisme, dan manfaat TKA.
Selebihnya, yang patut diapresiasi adalah TKA diselenggarakan tanpa pungutan biaya, dengan seluruh proses dibiayai negara atau pemerintah daerah. Kebijakan itu memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses yang setara tanpa hambatan ekonomi.
Dalam konteks Indonesia yang masih menghadapi tantangan ketimpangan, kebijakan pro-akses itu adalah langkah konkret untuk memastikan bahwa kesempatan pendidikan tidak ditentukan kemampuan finansial keluarga.
Yang diperlukan sekarang adalah dukungan dari semua pemangku kepentingan. Guru-guru perlu didukung untuk mengintegrasikan persiapan TKA dalam pembelajaran yang bermakna. Orang tua perlu diberdayakan dengan informasi yang akurat tentang TKA.
Siswa perlu dimotivasi untuk melihat TKA bukan sebagai beban, melainkan sebagai kesempatan untuk menunjukkan prestasi mereka. Lebih fundamental lagi, kita semua perlu mengingat bahwa TKA hanyalah alat.
Tujuan sesungguhnya adalah memastikan bahwa setiap anak Indonesia, dari mana pun mereka berasal dan jalur pendidikan apa pun yang mereka tempuh, memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan berkontribusi pada masa depan bangsa.
Dengan semangat kolaborasi dan komitmen terhadap keadilan, TKA dapat menjadi bagian penting dari perjalanan kita menuju cita-cita pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan bagi semua. (*)
*) Yuverni Selvy adalah guru SMAN 1 Lhoksumawe, Aceh.