Salah satu peserta Sekolah Jurnalistik FIB UNAIR 2025, Habibural Asibul Purnama. -Tim Humas FIB UNAIR-
"Terus bedanya sama prosa apa?" tanya Habibural Asibul Purnama, salah seorang peserta. "Kalau prosa isinya cenderung imajinasi bebas si penulis. Feature bersifat faktual. Ada datanya. Ada kejadiannya," jawab Guruh.
Pembaca akan mudah menjumpai kosa kata yang fleksibel. Tidak harus kaku atau to the point. "Jika menggunakan AI, seni penulisan itu tidak ada. Tidak akan mampu menyentuh emosi pembaca," tambah Guruh.
Ketiga, karakter narasumber bisa tergambar jelas. Wartawan tentu akan menghadapi narasumber, mewawancarainya, memahami jawaban yang dilontarkan, mencatat, lalu mengutipnya di dalam naskah berita.
Gaya penyampaian tiap narasumber pasti berbeda. Itu memperkuat karakter personal mereka. Jurnalis akan menangkap itu. Kemudian menuangkannya ke dalam tulisan.
BACA JUGA:UNAIR Siapkan Mekanisme Baru Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun 2026, TKA Akan Jadi Kunci di Jalur SNBP
Pembaca jadi tahu tentang aspek emosional atau kepribadian narasumber. Tulisan bisa menjadi lebih menarik.
Guruh juga membandingkan beberapa naskah yang ditulis jurnalis dengan buatan AI. Peserta mencermati perbedaannya.
Tulisan feature jurnalis yang liputan lebih mendalam. Lebih bisa menggambarkan suasana dan emosi. Lebih dapat membawa pembaca masuk dalam alurnya. Sementara AI hanya menyajikan data, analisa singkat, dan kesimpulan.
Pada akhirnya, pekerjaan sebagai jurnalis adalah separuh hobi. Harus merasa tergiur dan tertantang. Dan yang paling penting dimiliki oleh seorang jurnalis adalah: kritis.
BACA JUGA:Unair Library Club Xpo: Catatan dari Peringatan Hari Kunjung Perpustakaan
BACA JUGA:DATE 2K25, Kegiatan Pengenalan Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UNAIR Berbasis Kekeluargaan
Guruh berharap peserta Sekolah Jurnalistik sore itu bisa memahami batasan penggunaan AI di dalam dunia jurnalisme.
Tidak dilarang sepenuhnya menggunakan AI. Mesin tersebut tetap berguna sebagai pengumpul atau penganalisa data. Namun, kendali sepenuhnya di tangan manusia.
Harus ada self editing terkait tulisan-tulisan yang dihasilkan AI. Sebab, sering kali hasil AI tak akurat. Bias. Bahkan sering kali AI tak memahami konteks.