BACA JUGA:Festival Hanyi di Tiongkok, Tradisi Hangat untuk Mengenang Leluhur
BACA JUGA:Tiongkok Peringatkan Warganya Hindari Jepang Setelah Ketegangan Diplomatik Soal Taiwan
Salah satu sudut menunjukkan model apartemen warga Shanghai sekitar empat dekade silam. Display-nya menggabungkan ruang nyata dan visual tiga dimensi dari layar elektronik.
Apartemen lawas itu begitu kecil. Ruangnya hanya seluas 16 meter persegi. Ada garis di lantai yang menggambarkan besaran apartemen itu. Dulu, warga hidup dalam ruang yang pengap dengan lemari dan peralatan dapur yang bertumpuk-tumpuk tidak rapi.
Tetapi, beberapa saat kemudian, sajian visual itu berubah. Menggambarkan luasan apartemen modern warga Shanghai. Rata-rata luasnya 35 meter persegi. Lebih lapang, lega, dan bersih. Perbandingan itu menunjukkan betapa jauh perubahan rata-rata ruang hidup di Shanghai.
Pameran itu menegaskan bahwa peningkatan ruang hidup bukan sekadar soal bangunan. Ia terkait langsung dengan kualitas kehidupan, privasi, dan rasa kepemilikan atas lingkungan perkotaan.
ANEKA FOTO yang menunjukkan sejarah perkembangan kota Shanghai dari masa ke masa.-Doan Widhiandono-
Salah satu bagian pameran yang menarik menyoroti penataan utilitas kota: kabel listrik, telekomunikasi, pipa air kini banyak ditanam di bawah tanah. Sekali lagi, ada sajian visual tiga dimensi yang menunjukkan betapa berantakannya sudut kota Shanghai masa silam.
Bangunan klasik menjadi tak cantik karena tertutup kabel-kabel listrik. Dalam display itu, kabel tersebut perlahan-lahan lenyap. Satu per satu. Menampakkan detail gedung-gedung Shanghai yang elok.
Penataan seperti itu membawa manfaat ganda: secara visual membuat kota lebih rapi, sekaligus meningkatkan daya tahan sistem terhadap cuaca ekstrem dan memudahkan perawatan jangka panjang. Ini bagian dari strategi lebih luas: membangun kota yang tidak hanya indah, tetapi juga tangguh dan efisien.
Menurut situs Shanghai Municipal Government, salah satu gagasan paling menonjol adalah konsep 15-minute community life circle. Konsep ini adalah bagian dari Shanghai Master Plan 2035. Kota ditata agar fasilitas publik dasar — taman, pusat kesehatan, sekolah, toko — dapat diakses dalam 15 menit berjalan kaki.
BACA JUGA:Sentuhan Restorasi di Situs Sangxidui, Tiongkok, Bangkitkan Kejayaan Masa Lalu Sichuan
BACA JUGA:Purbaya Ingin Gabung Tim Negosiasi Utang Whoosh ke Tiongkok
Salah satu pesan penting dari pameran itu adalah bahwa Shanghai menghargai warisan industrinya sebagai bagian dari identitas. Alih-alih meruntuhkan semua bekas pabrik, kota memilih untuk “menghidupkan kembali” bekas industri sebagai ruang publik kreatif. Bukan sekadar nostalgia. Itu adalah strategi pembangunan berkelanjutan yang mengaitkan masa lalu dengan visi masa depan.
Revitalisasi tepi sungai, ruang hijau, dan desain pulau kreatif (misalnya pulau seni) menunjukkan bahwa Shanghai berupaya membangun kota yang tidak hanya efisien dan modern. Tetapi masih berjiwa sebagai kota yang sejarah dan inovasinya berkelindan. (*/bersambung)