Komunitas Tunpu, Penjaga Tradisi Migrasi Kuno di Guizhou, Bertahan Lebih dari Enam Abad

Kamis 27-11-2025,08:00 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Guruh Dimas Nugraha

BACA JUGA:Emas, Perunggu, dan Misteri Kuno Sanxingdui, Jejak Peradaban Besar dari Tanah Shu

BACA JUGA:Yimakan, Seni Lisan Bangkit Kembali dari Timur Laut Tiongkok

Warna Budaya Multi-etnis

Para ahli menilai kekhasan budaya Tunpu terbentuk dari interaksi mereka dengan komunitas etnis Guizhou, seperti Miao dan Bouyei. 

Hal itu tampak pada ornamen busana. Dari ikat pinggang bersulam, warna kain kepala, hingga perhiasan perak. Dalam kuliner, penggunaan kuah asam, daging awet, dan cabai menunjukkan pengaruh masakan lokal. 

Sebaliknya, masyarakat Tunpu membawa tradisi pendidikan serta teknik pertanian maju dari Dataran Tengah.

Dilindungi sebagai Proyek Budaya Besar

Pada 2023, budaya Tunpu ditetapkan sebagai salah satu dari empat proyek budaya utama Guizhou. Mencakup riset arkeologi, perlindungan warisan, dan integrasi budaya-pariwisata.

BACA JUGA:Penampilan Kuartet Juilliard di Tianjin Jadi Simbol Pertukaran Harmonis Budaya Tiongkok-AS

BACA JUGA:Menara Matahari Yantai Raih Penghargaan Arsitektur Dunia Bergengsi 2025

“Kami berpegang pada prinsip perlindungan sebagai prioritas, pemanfaatan yang bijak, serta intervensi minimal,” ujar Xie Nian dari Departemen Publikasi Provinsi Guizhou.

Para akademisi mengingatkan agar budaya Tunpu tidak terjebak dalam komersialisasi berlebihan. “Tunpu adalah budaya yang hidup, dan masyarakat Tunpu harus tetap menjadi tuannya,” kata Prof. Qian Liqun dari Universitas Peking.

“Keberadaannya tidak boleh direduksi menjadi sekadar pertunjukan yang berorientasi keuntungan,” pungkasnya. (*)

Kategori :