HARIAN DISWAY - Di tengah dominasi wacana sastra dengan kiblat Amerika Serikat (AS) dan Eropa, BRICS Literature Award menegaskan pentingnya suara alternatif. Khususnya, dari kawasan Global South, termasuk Indonesia.
“Dari kawasan ini, wacana yang ditawarkan mengandung perspektif sejarah, luka sosial, dan imajinasi berbeda,” kata Denny JA pada Rabu, 26 November 2025.
Dalam kesempatan itu, ia membenarkan bahwa dirinya menerima surat konfirmasi dari panitia BRICS Award for Literary Innovation. Denny menjadi salah seorang penerimanya.
“Penghargaan akan diberikan di Khabarovsk, Rusia, pada akhir November 2025,” ujarnya kepada Harian Disway Jumat, 28 November 2025.
BACA JUGA:Ditunjuk Jadi Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi, Denny JA Ingatkan tentang Kemandirian Energi
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Denny J.A. Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA: Du Pi Xi Jing
BRICS Literature Award lahir dalam Forum ‘Traditional Values’ 2024. Seleksi penulis dilakukan lewat kategori longlist dan shortlist. Penentuan pemenang dilakukan oleh dewan juri lintas negara berdasar kontribusi karya tersebut terhadap nilai dan jiwa bangsa.
Menurut Denny, surat dari panitia BRICS Award ia terima dua kali. Pertama, lewat Sastri Bakry, koordinator BRICS Indonesia. Kedua, surat resmi dengan stempel dari Kepala Direksi Festival Seni Internasional BRICS, Ostroverkh–Kvanchiani Aleksandr Igorevich.
Sebelumnya Denny mengaku diwawancarai panitia soal puisi esai, sastra, dan pandangannya tentang pentingnya budaya yang tumbuh dari Global South.
Menurut Denny, ada dua penghargaan sastra dari BRICS. Namun, ia tak mengetahui siapa pemenang penghargaan lainnya, dan dari negara mana.
BACA JUGA:Denny JA: Perlu Kebijakan Baru untuk Melindungi Generasi Rentan
BACA JUGA:Denny JA: Selain Dukungan Dipertegas, 3 Hal Ini Perlu dalam Leadership Prabowo Subianto dalam Hadapi Kerusuhan
Ia menerima penghargaan atas kontribusinya dalam melahirkan dan mengembangkan genre puisi esai. Itu sebuah inovasi sastra yang menggabungkan unsur liris, naratif, dan data faktual dalam satu tubuh karya.
Genre yang diperkenalkan pada 2012 itu berkembang menjadi gerakan literasi yang melampaui batas negara, dibahas dalam ruang akademik, dan dirayakan melalui festival serta penghargaan regional.
“Undangan itu terasa bukan sekadar pemberitahuan administratif,” ujar Denny. “Ia datang sebagai pengakuan sunyi tetapi besar, bahwa eksperimen kecil yang saya mulai bertahun-tahun lalu ternyata menggema hingga ke panggung internasional.”
Fakta bahwa karya Denny menarik perhatian BRICS, organisasi global yang mewakili 45% populasi dunia, membuat dirinya bangga. Awalnya, inovasi puisi esai itu muncul dari pertanyaan sederhana, “Bisakah puisi menjadi indah sekaligus faktual, naratif, dan menyuarakan luka sosial?”
BACA JUGA:Empat Tokoh Ini Terima Penghargaan Sastra 2025 dari Denny JA Foundation
BACA JUGA:The Power of Giving; Prinsip Denny JA sebagai Komisaris BUMN Tanpa Tantiem
Eksperimen itu lalu berkembang menjadi bentuk baru Sastra Indonesia yang memadukan estetika puisi dengan kedalaman laporan sosial. Juga, menciptakan ruang dokumentasi bagi tragedi dan harapan, melahirkan komunitas penulis lintas generasi, dan menginspirasi festival regional seperti ASEAN Poetry Essay Festival, yang tahun ini diselenggarakan di Malaysia.
Denny menegaskan bahwa inovasi sastra tidak cukup hanya diciptakan, tetapi harus dibangun ekosistemnya. Karena itulah ia mendirikan Denny JA Foundation.
“Kadang, langkah kecil yang kita ayunkan sendiri tanpa sorotan, ternyata membentuk jalan yang dilihat dunia,” tandasnya. (*)