Lighthouse Library Petra Gandeng Kak Nitnit untuk Edukasi Anak Lewat Dongeng

Kamis 04-12-2025,00:31 WIB
Reporter : Ilmi Bening
Editor : Indria Pramuhapsari

Setelah itu, untuk dongeng bertajuk Oh No Rambutku, mengungkap tentang seorang anak bernama Rani yang kecewa saat pergi ke salon karena rambutnya terlalu pendek.

Dia merasa tidak pantas tampil dengan rambut pendek sampai melakukan berbagai cara supaya tidak berangkat sekolah. Bahkan mengenakan rambut palsu milik ibunya.

Ternyata, ketika sampai di sekolah, yang terjadi justru sebaliknya. Teman-temannya malah memujinya dengan mengatakan bahwa Rani terlihat cocok dengan rambut itu.

“Itu pelajaran buat kita juga bahwa terkadang merasa overthinking dengan apa yang terjadi di luar. Tetapi, saat mencoba untuk mengikhlaskan, ternyata semua jadi indah,” ungkap Nitnit, menjelaskan pesan dalam cerita.

BACA JUGA:Ekonom Petra Analisis Kebijakan Penghentian Impor Solar 2026: Hemat Devisa atau Risiko Fiskal?

BACA JUGA:Dilantik, Rektor UK Petra Rolly Intan Tegaskan Visi Universitas yang Bawa Dampak Global

Nitnit sendiri mulai menjadi pendongeng profesional pada 2009. Berawal dari profesinya sebagai guru TK, lalu mendorongnya untuk berkarier sebagai pendongeng sampai saat ini dan tergabung dalam Dongengia.

Menurutnya, dongeng bisa mengedukasi anak tanpa membuat tersinggung. Seolah-olah seperti tidak dapat nasihat. Tetapi, lewat dongeng, anak-anak akan belajar banyak nilai penting yang tersirat di dalamnya.

Kali ini, mahasiswa DKV berkolaborasi dengan Nitnit untuk membuat ilustrasi dongeng di buku cerita. “Dari ceritanya Kak Nitnit, lalu diilustrasikan oleh mereka dengan berbagai macam gaya-gayanya,” kata Nitnit.

BACA JUGA:Festival Dongeng Surabaya Jelajah Semesta: Cukup 5-15 Menit, Pahami Cerita Dulu sebelum Mendongeng

BACA JUGA:Festival Dongeng Surabaya Tularkan Kemampuan Bercerita kepada Para Guru dan Pegiat Literasi

Misalnya, ilustrasi untuk dongeng Oh No Rambutku. Kelompok mahasiswa yang membuat ilustrasi dongeng itu menganut gaya De Stijl. Gaya De Stijl adalah desain yang mengadopsi garis lurus berwarna hitam, serta warna merah, kuning, biru, hitam, dan putih. 

“Selain itu, buku ini cukup tebal karena ada pop up dan augmented reality (AR), sehingga bersifat interaktif. Anak-anak bisa bermain dan berimajinasi lewat buku,” terang Valensia Verina, salah satu mahasiswa DKV semester 5 yang menggarap proyek itu. (*)

Kategori :