SURABAYA, HARIAN DISWAY - Hari Disabilitas Internasional diperingati setiap 3 Desember. Dalam rangka itu, Kevikepan Surabaya Utara menggelar Perayaan Ekaristi dan Ramah Tamah Hari Disabilitas Internasional pada Minggu, 7 Desember 2025.
Misa khusus yang diikuti 49 umat disabilitas dan 62 pendamping itu diselenggarakan di Gereja Katolik Santo Mikael, Perak, Surabaya.
“Kami hari ini mencoba untuk menyapa umat, memperkenalkan kepada mereka bahwa umat disabilitas juga bagian dari kita,” jelas Koordinator Pastoral Difabel Kevikepan Surabaya Utara, Inas Rizkqi C.R., dijumpai sebelum misa.
Inas mengatakan bahwa umat disabilitas memang berbeda dengan umat pada umumnya. "Tapi, mereka memiliki kelebihan untuk bersatu dengan Kristus bersama umat sekitarnya," terangnya kepada Harian Disway.
BACA JUGA:Hari Disabilitas Internasional 2025: Momentum Membangun Masyarakat Inklusif
BACA JUGA:Rayakan HUT ke-45, Hotel Grand Inna Tunjungan Tingkatkan Layanan untuk Lansia dan Disabilitas
JURU BAHASA ISYARAT (baju hitam) menerjemahkan rangkaian ekaristi yang dipimpin Romo Satriyo Widyatmoko (belakang, dua dari kiri) dengan isyarat tangan untuk umat tuli.--Dokumentasi Pastoral Difabel Kevikepan Surabaya Utara
Sesuai kalender liturgi Gereja Katolik, misa 7 Desember 2025 adalah misa advent kedua. Maka, perayaan ekaristi khusus di Paroki Santo Mikael pada Minggu itu juga menggunakan liturgi misa advent kedua.
Untuk memastikan kenyamanan seluruh umat yang hadir, panitia melibatkan banyak relawan dalam perayaan ekaristi. Mereka membantu umat disabilitas melakukan proses pendaftaran melalui QR Code.
Sesuai semangat Katedral Surabaya yang merupakan katedral pertama di Indonesia yang memiliki Pastoral Difabel, Gereja Katolik Santo Mikael pun dilengkapi dengan fasilitas ramah disabilitas.
Ada area yang disediakan untuk jalur kursi roda. Tersedia pula fasilitas seperti kursi roda, guiding block, dan juru bahasa isyarat (JBI) bagi umat yang tuli.
BACA JUGA:Seminar GEDSI KPS2K, Dengar Suara Perempuan dan Disabilitas
BACA JUGA:Pemkot Gelar Jobfair Khusus Disabilitas, 300 Pelamar Kerja Menyerbu
Inas menegaskan bahwa misa khusus itu menjadi cara Gereja Katolik untuk merangkul, menerima, dan memperkuat penerimaan umat terhadap saudara-saudari penyandang disabilitas.
Setelah misa, umat mengikuti ramah tamah. Dalam kesempatan itu, teman-teman disabilitas unjuk kebolehan di bidang musik. Ada permainan angklung, biola, dan keyboard.
Atraksi itu menuai respons positif dari umat dan panitia serta relawan dan undangan yang hadir. Mereka bernyanyi bersama dan memuji Tuhan dengan penuh suka cita.
“Kami baru saja menyelesaikan 15 kali pertemuan bahasa isyarat bagi para relawan, agar mampu melayani saudara-saudari difabel,” jelas F.X. Satriyo Widyatmoko, imam yang memimpin perayaan ekaristi di Gereja Katolik Paroki Santo Mikael tersebut.
UNJUK BAKAT main angklung oleh teman-teman disabilitas mewarnai ramah tamah usai Ekarisi Hari Disabilitas Internasional di Paroki Santo Mikael.--Dokumentasi Pastoral Difabel Kevikepan Surabaya Utara
BACA JUGA:Akademisi Indonesia Berperan dalam Riset Global Inklusi Disabilitas di Pendidikan Tinggi
Sejumlah paroki di Katedral Surabaya menyelenggarakan pelatihan JBI untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada umat tuli. Itu juga menjadi komitmen Pastoral Difabel sejak pertama kali berdiri. JBI menerjemahkan seluruh ritus dalam misa lewat isyarat tangan untuk membantu pemahaman umat tuli.
Romo Satriyo menjelaskan bahwa tantangan terbesar dalam pelayanan ialah meningkatkan kesadaran seluruh umat agar tidak memandang penyandang disabilitas sebagai gangguan dan hambatan ketika beribadah bersama.
Itu selaras dengan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci tentang kesediaan menerima sesama dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Ia pun memaparkan bahwa ibadah serta panitia acara hari itu secara khusus dibuat ramah untuk rekan-rekan disabilitas. “Saya kira itu yang perlu dibangun. Pertama-tama penerimaan dan yang kedua adalah hati,” tandasnya. (*)
*) Reporter Magang Kemenaker RI