DI LIRBOYO: LANGKAH TEGAS DENGAN BATAS WAKTU ISLAH
Sementara itu, di aula Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo, berlangsung musyawarah kubro bertema Meneguhkan Keutuhan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Itu tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya di Ploso dan Tebuireng sejak persoalan PBNU mengemuka pada 20 November 2025.
Pengasuh Pesantren Lirboyo KH Abdullah Kafabihi Mahrus (Kiai Kafa) membuka acara dengan harapan: ”Mudah-mudahan kemelut NU puncaknya di Lirboyo. Setelah ini mudah-mudahan selesai.”
Peserta yang hadir cukup banyak: 521 PWNU dan PCNU secara fisik (termasuk PCINU Arab Saudi yang terbang khusus) dan 197 secara daring. Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh memimpin musyawarah penyerapan aspirasi dari seluruh wilayah dan luar negeri.
Setelah dua jam diskusi dinamis, muncul tiga poin keputusan tegas:
Pertama, kedua pihak internal PBNU melakukan islah dalam waktu tiga hari, terhitung sejak Minggu pukul 12.00 WIB.
Kedua, jika islah gagal, menyerahkan mandat kepada mustasyar untuk membentuk panitia muktamar netral dalam satu hari berikutnya.
Ketiga, jika kedua poin di atas tidak terpenuhi, mencabut mandat dan mengusulkan MLB secepatnya, sebelum keberangkatan kloter pertama haji.
”Keputusan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan ditandatangani oleh semua peserta,” ungkap Kiai Ubaid.
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar tidak hadir, tetapi Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf beserta jajaran hadir dan menyampaikan tanggapan.
”Saya senantiasa terbuka untuk tabayun dengan bukti, dan siap berislah binaan ’alal haq,” katanya, menambahkan telah mengirim pesan ke rais aam untuk meminta waktu menghadap, tetapi belum mendapatkan jawaban. ”Saya akan tunggu sampai 3 x 24 jam dan melapor kembali,” tegasnya, yang diikuti riuh tepuk tangan.
Hadir juga Mustasyar PBNU seperti KH Ma’ruf Amin (via Zoom), KH Anwar Manshur, KH Said Aqil Siroj, serta jajaran Rais Syuriyah dan Katib Aam PBNU. Semua upaya itu ditujukan untuk mencegah perpecahan dan menegaskan: keutuhan jam’iyyah lebih besar dari kepentingan siapa pun.
TITIK TEMU: ISLAH DAN KHIDMAH JAMAAH
Dua keputusan di Ciganjur dan Lirboyo menunjukkan wajah ganda NU dalam menghadapi tantangan: satu dengan pikiran yang mendalam tentang makna khidmah jamaah dan masa depan bangsa dan yang lain dengan tindakan tegas untuk menyelesaikan konflik internal.
Keduanya bertujuan sama: menjaga marwah NU sebagai organisasi yang berkhidmat, independen, dan menjadi peradaban rahmatan lil ’alamin.
Hari Minggu itu menjadi bukti bahwa NU tidak akan terjatuh. Sebab, kekuatannya terletak pada jamaah dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara sendiri. (*)